Dikatakan, beberapa penyebab terjadinya perang kelompok antara lain yaitu minum minuman Ballo (minuman keras), permasalahan ekonomi, Pendidikan, tingkat Pengangguran yang tinggi.
Dengan adanya kegiatan FGD ini kita dapat mencari solusi dan rekomendasi terbaik terkait beberapa permasalahan sosial yang sering terjadi di Kota Makakassar.
"Dan kita berharap dengan ini ada Sinergitas yang terjalin antara Kepolisian, TNI, Pemerintah Kota Makassar, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan Dari elemen Mahasiswa," harapnya.
Sedangkan, Sofyan Thamrin S.Pd, MP.d (Sosiolog) menyebutkan, kekerasannya tereproduksi atau teregenerasi karena tafsir sejarah Makassar yang sangat maskulin atau citra Makassar yang diceritakan secara heroik dan tidak dapat diubah secara langsung namun dapat berubah secara bertahap.
"Selalu berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat. Model perkumpulan/komunitas masyarakat Makassar yang terlalu monoton, dimana menganggap perbedaan itu adalah sesuatu yang tidak menarik atau hal biasa biasa saja," katanya.
Lanjut dia, hal yang perlu dibangun adalah komunitas lintas (daerah, lembaga, agama maupun kelompok) agar dapat mereduksi atau meminimalisir terjadinya konflik sosial seperti perang kelompok.
Konflik dapat terjadi karena ada aktor dibelakangnya namun hal ini masih jadi asumsi di beberapa kalangan masyarakat.
"Makassar krisis ruang perjumpaan karena kurangnya ruang publik yang menjadi tempat bertemunya beberapa perbedaan yang kadang memicu konflik," tutup dia. (Yadi/B)