MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Irwan merupakan calon anggota DPRD Kota Makassar asal Partai Buruh untuk daerah pemilihan tiga (Dapil III) meliputi Kecamatan Tamalanrea dan Kecamatan Biringkanaya.
Irwan yang akrab disapa Iwan Mapparenta merupakan pria keturunan Bugis Bone dan Wajo. Lahir di Ambon 22 Juni 1982.
Sebelum memasuki masa sekolah, Irwan menghabiskan masa kecilnya di Kabupaten Luwu Timur, tepatnya di Malili.
Setelah memasuki sekolah dasar dia pun mengikuti orangtuanya tinggal di Palakka, Kabupaten Bone. Lalu melanjutkan sekolah menegah pertama di SMP Negeri 1 Watampone.
Hanya beberapa bulan di SMA Negeri 3 Palakka dia pun memutuskan pindah sekolah di SMA Negeri 15 Makassar.
Dari SMA Neg 15 Makassar dia melanjutkan pendikan di Universitas Musim Indonesia (UMI) Fakultas Hukum tahun 2002.
Disini dia memilih jurusan perdata. Namun pria yang berdomisi di perumahan Bumi Bung Permai, Tamalanrea Jaya Makassar ini, lebih memilih profesi sebagai wartawan.
"Kenapa saya tidak memilih jurusan pidana, atau jurusan lainnya tapi memilih jurusan perdata. Karena saya ini berasal dari kampung dimana begitu banyak persoalan sengketa tanah yang belum terselesaikan dan bahkan akan terjadi. Dengan mengetahui ilmunya tentu saya bisa bermanfaat bagi orang banyak yang hak-haknya bisa saja dirampas," ucap Irwan.
Pemilik nomor urut 4 di dapil tiga ini menambahkan terkait ketertarikanya terhadap profesi Jurnalis, semuanya tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang tak berpihak pada kepentingan dan kesejahteraan masyarakat banyak.
"Waktu masih mahasiwa, setiap ada kebijakan pemerintah khususnya rencana kenaikan harga BBM, saya bersama kawan-kawan selalu turun ke jalan melakukan aksi protes tapi hasilnya tidak terlalu efektif," kata Irwan.
Dari sinilah, Irwan berpikir bagaimana jika aksi protes di jalan dia ganti menjadi aksi protes di media berupa tulisan.
Setelah membulatkan niatnya, dia pun mulai bergabung di tabloid dan majalah mingguan, karena saat itu hanya media inilah yang mau menerima calon wartawan yang belum berpengalaman.
Setelah dia merasa cukup dengan dasar-dasar wartawan, Irwan pun mulai mencoba mendaftar sebagai reporter di Radio Suara Celebes, di Makassar.
Irwan menjelaskan, saat dirinya bergabung di Radio Suara Celebes dirinya masih berstatus mahasiswa sehingga, perusahaan menempatkan di DPRD Sulsel dan DPRD Makassar sebagai wartawan politik, mungkin pertimbangan dekat dari kampusnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, dia pun kembali ke Bone, otomatis profesi jurnalistiknya di Kota Makassar harus dia lepas.
Namun setelah pulang kampung, dia kembali mendapatkan tawaran menjadi wartawan di salah satu media cetak yang akan didirikan di Kabupaten Bone sebagai perusahaan media anak perusahaan Koran Fajar.
Tentu tawaran itu tak dia sia-siakan. Walaupun dirinya belum pernah melihat siapa bos dan orang-orang yang akan menjadi timnya.
"Yang lucu saat itu, ketika saya ditanya wartawan mana. Saya cuma bisa bilang Radar Bone," ucap Irwan.
Karena saat itu belum ada yang tahu kalau akan ada koran harian lokal di Kabupaten Bone. "Bisalah saya dikatakan sebagai wartawan pertama Radar Bone," ucap Irwan.
Waktu di Radar Bone, dia dipercayakan menangani pemberitaan hukum dan kriminal. Namun setelah Radar Bone berjalan normal malah dirinya pamit dari perusahaan.
"Saat itu saya pamit, karena masih mau mengembangkan ilmu kewartawanan, kebetulan saat itu ada penawaran datang dari pihak Majalah Tempo," ucap Irwan.
Karena harus bekerja untuk Koran Tempo, Irwan pun harus kembali ke Makassar, karena saat itu tempo lagi mengembangkan bisnis medianya di Makassar.
"Saya bergabung dengan koran tempo Makassar, sejak awal berdirinya. Disini kita tidak hanya bekerja untuk koran tempo Makassar tetapi juga untuk mengisi berita-berita di media online Tempo dan sesekali mendapatkan penugasan menulis di Majalah Tempo," papar Irwan.
Tidak kurang dari lima tahun, Irwan menjadi keluarga besar Tempo. Dan akhirnya dia memutuskan mendirikan perusahan media online, namun saat itu bisnis media online belum terlalu bagus, sehingga dia kembali bergabung dengan beberapa media cetak di Makassar.
Dalam perjalanan perkembangan teknologi, media cetak pun berangsur-angsur ditinggalkan, bahkan tidak sedikit perusahan media yang harus menutup bisnisnya akibat tingginya biaya yang harus dikeluarkan.
Irwan yang sudah berpindah-pindah media, kembali memutuskan mendirikan media berita online atas dasar pengamanan yang dimilikinya.
"Saya pindah-pindah media tentu bukan belajar dasar-dasar Jurnalistik 5 W + 1 H dan 1 S, tetapi tujuan saya mempelajari menajemen media," ucap Direktur FOBIZ.ID ini.
Irwan yang sudah cukup banyak menyaksikan ketidakadilan dalam masyarakat selama dia menjadi wartawan akhirnya memutuskan terjun ke dunia politik dengan harapan bisa menjadi bagian pembuat kebijakan yang pro rakyat. (*)