"Saya sendiri sampai bingung lho di media tiba-tiba dibilang sudah ada persetujuan bahwa nanti Pak Prabowo jadi presidennya Pak Ganjar jadi wakil presiden," ujar Megawati pada Rakernas IV PDIP di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, akhir pekan lalu.
Megawati mengatakan memiliki hak menentukan calon wakil presiden. Dia mengatakan tidak akan menyampaikan hal itu kepada orang lain sebelum pengumuman resmi.
"Kenapa diberikan kepada saya? Karena orang yang memberikan hak prerogatif itu sangat tahu bahwa Ibu pasti akan memilih yang benar," imbuh presiden keempat RI itu.
Ketua Gerindra Sulsel, Andi Iwan Darmawan Aras mengatakan bahwa sejauh ini Partai Gerindra tetap konsisten mendukung Prabowo sebagai calon presiden. Namun, kata dia, bila ada figur lain yang hendak dipaketkan dengan Prabowo maka posisinya sebagai calon presiden.
"Gerindra mendukung Prabowo sebagai capres, bukan cawapres," ujar Iwan.
Anggota DPR RI itu tak menampik isu yang berkembang belakangan ini adalah paket Prabowo-Ganjar guna menyatukan kekuatan di Pemilu 2024. Hanya saja isu itu mulai meredup dengan berjalannya waktu.
"Isu pasangan pak Prabowo dan Ganjar untuk menyatukan kekuatan. Itu kan isu saja. Belakangan mulai meredup," imbuh dia.
Andi Iwan mengakui saat ini ada beberapa nama yang dipertimbangkan oleh Prabowo sebagai bakal calon wakil presiden. "Misalnya ada Erick Thohir, Airlangga Hartarto, termasuk Gibran Rakabuming. Tapi DPP yang akan menentukan," beber Andi Iwan.
Direktur Politik Profetik Institute, Asratillah menyebutkan memang ada keinginan kuat dari pihak tertentu untuk menyederhanakan kontestasi pilpres mendatang. Tujuannya agar memperbesar peluang pemilihan presiden hanya berlangsung satu putaran saja dengan diikuti dua pasangan calon. Salah satu isu yang lagi santer terdengar adalah memasangkan Prabowo dan Ganjar.
"Tentu hal ini bukanlah perkara mudah, apalagi Megawati sudah bereaksi terhadap isu tersebut dan memperlihatkan ketidaksetujuannya dikarenakan dalam pasangan tersebut yang berposisi sebagai bakal capres adalah Prabowo sedangkan Ganjar hanya menduduki posisi bakal cawapres," kata Asratillah.
Asratillah mengatakan, andai pun posisi tersebut dibalik yakni Ganjar menjadi calon presiden, Prabowo dipastikan akan menolak. Upaya memasangkan kedua tokoh ini rentan menemui jalan buntu. Baik pihak PDIP dan Gerindra tidak hanya memikirkan peluang dalam memenangkan pilpres.
"Kedua partai juga mempertimbangkan efek pilpres terhadap capaian perolehan kursi. Posisi Ganjar sebagai capres akan memberikan efek ekor jas signifikan terhadap PDIP ketimbang bila menjadi wakil presiden. begitupun sebaliknya," jelas Asratillah.
Menurut dia, apabila kedua figur ini akhirnya jadi berpasangan, maka dipastikan akan mendominasi kontestasi pilpres. Peluang keduanya untuk menang sangat besar.
"Namun sekali lagi, bukanlah hal gampang untuk merger dua gerbong politik besar. Bukan hanya soal figur capres dan cawapresnya, tetapi juga menyangkut kepentingan para partai pendukung yang sangat kompleks," imbuh Asratillah.