MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Bank Indonesia mempromosikan 13 proyek strategis di berbagai daerah. Di event South Sulawesi Investment Forum (SSIF) 2023, potensi tambahan investasi ditarget mencapai Rp 95,52 triliun yang berasal dari berbagai proyek yang dipromosikan tersebut.
South Sulawesi Investment Forum (SSIF) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memfasilitasi promosi IPRO antara investor dan project owner dalam one on one atau one to many meeting. Selain itu, SSIF dapat menjadi peluang dalam meningkatkan pemahaman investor tentang iklim investasi dan kemudahan berusaha di Sulsel.
Kegiatan bertajuk 'Reinforcing The Downstream Industry And Circular Economy' ini pula, investor yang hadir akan mendapatkan gambaran terkait daya saing maupun komitmen dan dukungan pemerintah terhadap peningkatan investasi di Sulawesi Selatan dan Indonesia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta menjelaskan penjelasan program ini telah berlangsung di tahun ketiga sejak 2021. Menurut dia, meski saat ini kondisi perekonomian global belum stabil, perekonomian nasional Indonesia tetap bertumbuh ditopang tingginya belanja rumah tangga kaum milenial.
"BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 berada di posisi 4,5 hingga 5,3 persen sementara kinerja investasi tetap baik sejalan dengan berlanjutnya proyek nasional. Realisasi investasi Indonesia semester 1 tumbuh 16,1 persen dari tahun ke tahun dan mencapai 48,5 persen dari total target 1400 Triliun yang menunjukkan Indonesia sebagai menjadi salah satu negara tujuan investor," ujar dia.
Khusus di Sulsel, Filianingsih mengungkapkan kondisi ekonomi cukup baik. Pada triwulan kedua 2023 tumbuh 5 persen dari tahun ke tahun.
"Memang sedikit melambat dari tahun sebelumnya yakni 5,29 persen, namun perlambatan ini dipengaruhi dua hal yakni aktivitas ekonomi konsumsi domestik tumbuh lebih rendah dan kinerja ekspor tertahan sejalan permintaan negara mitra dagang yang melemah.
Tidak hanya itu Inflasi gabungan di 5 kota di Sulsel juga tercatat deflasi 0,06 persen dibanding bulan sebelumnya," jelas Filianingsih.
"Deflasi ini disumbang makanan minuman makanan, tembakau ditengah menurunnya permintaan karena sedang perbaikan pasokan, disisi lain deflasi lebih dalam di September tertahan pada segmen pendidikan, perawatan pribadi dan jasa lainnya," sambung dia.
Filianingsih menyimpulkan secara garis besar realisasi inflasi gabungan di 5 kota di Sulsel secara tahunan tumbuh 2,33 persen atau masih terjaga dalam kisaran sasaran inflasi nasional 13-1 persen periode tahunan sehingga Sulsel sangat layak menjadi daerah investasi.
"Realisasi investasi yang baik di Sulsel terus meningkat sebesar Rp 3,96 triliun didorong penanaman modal dalam negeri Rp2,59 triliun dengan pangsa 65,8 persen. Sementara penanaman modal asing Rp 1,36 triliun atau pangsa 34,6 persen, investasi Sulsel didominasi sektor pertambangan, industri logam dasar, potensi investasi gas, kayu laut kepiting rumput garam dan pisang," rinci dia.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulsel, Causa Iman Karana melalui rilis resminya mengungkapkan terdapat 5 IPRO unggulan dari 13 IPRO yang dipaparkan di hadapan para investor.