MAROS, RAKYATSULSEL - Menjelang Pemilu 2024, berbagai macam hal yang dapat menyebabkan perpecahan di tengah masyarakat akan banyak bermunculan. Salah satunya adalah hoaks, yang beberapa tahun terakhir ini marak tersebar. Apalagi pada momentum pemilu.
Mengantisipasi hal tersebut, Komunitas IT Maros menggelar Diskusi Publik dengan tema "Pemuda Lawan Hoaks untuk Menjaga Integritas Pemilu 2024", di Mahakopi, Kelurahan Pettuadae, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros (Sabtu, 14 Oktober 2023).
Dalam paparan materinya, Ketua KPU Maros, Jumaedi mengatakan, penyebaran hoaks ada di mana-mana, namun dirinya optimis dengan perkembangan teknologi saat ini juga akan membantu masyarakat menyaring hoaks.
"Di mana mana hoaks terjadi, tapi saya optimis karena teknologi sudah canggih. Sudah ada AI, aplikasi untuk mengenali berita hoaks. Kita tinggal belajar memanfaatkan semua fasilitas yang ada," ujarnya.
Lebih lanjut, dalam hal Pemilihan Umum, dirinya menyampaikan, para pelaku yang menyebarkan hoaks itu adalah para tim sukses dari masing-masing peserta pemilu.
"Para pelaku hoaks dalam pemilu itu yah tim dari calon itu sendiri. Tapi, Ada yang lebih berbahaya dari hoaks, yakni berita negatif. Karena itu berita dengan konten buruk yang ditujukan untuk menyudutkan pihak tertentu, menciptakan provokasi untuk memecah belah kita," ungkap Jumaedi.
Ia juga mengajak seluruh peserta yang hadir, juga masyarakat yang menonton live diskusi tersebut di sosial media agar bersama-sama mengedukasi para politikus untuk lebih etis menghadapi pertarungan politik.
"Kita semua punya tugas untuk mengedukasi para politisi agar mereka menggunakan cara cara yang lebih etis. Bukan dengan saling serang menggunakan berita negatif. Bagaimana kita menjadi counter, terhadap berita berita negatif. Generasi muda menjadi garda terdepan untuk gerakan ini, mari kita sama sama menjaga keamanan pemilu yang akan digelar. Ini bukan hanya kerjaan Bawaslu, atau KPU. Ini kerjaan kita bersama. Tugas kita bersama," pungkasnya.
Senada, pimpinan Bawaslu Maros, Muhammad Gazali Hadis mengungkapkan, persoalan mudahnya hoaks tersebar adalah kurangnya edukasi di masyarakat.
"Tingkat intelektualitas masyarakat kita belum terlalu mumpuni, sehingga sering terjadi informasi yang diterima itu tidak lagi disaring, malah langsung di-sharing. Tentunya ini sangat penting edukasi ke masyarakat terkait literasi informasi, agar tidak gampang percaya pada informasi yang tersebar di media sosial," tutur Gazali.
Diskusi Publik tersebut juga dihadiri oleh pembicara lainnya, yakni Kadis Kominfo Maros, Andi Baso Arman yang menyampaikan materinya secara daring. Akademisi dari Politani Pangkep, Ismail Gaffar, S.Kom., M.T. (Ikbal)