MAMASA, RAKYATSULSEL - Peningkatan kapasitas kelompok pemberdayaan masyarakat berlangsung di aula Desa Panetean, Kecamatan Aralle, Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
Kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) ini dihadiri langsung anggota Anggota DPR RI Dr. H. Suhardi Duka, MM sebagai mitra kerja di Komisi IV.
Kades Panetean, Fikal menyampaikan terimakasih atas kunjungan Suhardi Duka yang akrab disapa SDK untuk masyarakat di Kecamatan Aralle dan Bumal (Buntu Malangka) yang sempat hadir.
Taufik juga menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian Suhardi Duka untuk Kabupaten Mamasa.
"Beliau sudah banyak membantu menyalurkan bantuan untuk pertanian dan pemberdayaan masyarakat di Mamasa, kita doakan semoga terus dapat berjuang untuk masyarakat Sulbar. Sebab beliau satu-satu yang cukup vokal di Senayan dalam menyuarakan Sulawesi Barat," ucapnya.
Ditempat yang sama, Kepala Balai Konservasi Besar Sulawesi Selatan Ir. Jusman, juga menyampaikan terima kasih atas kehadiran anggota Komisi IV DPR RI ditengah kesibukannya.
"Kegiatan ini bagian dari bentuk komitmen beliau sebagai anggota DPR RI Dapil Sulbar," ucapnya.
Jusman juga berharap kedepan pembinaan untuk kelompok lebih baik lagi. Sambung dijelaskannya, kami ini wilayah kerja Sulsel dan Sulbar yang mengelola 15 wilayah konservasi. Meski namanya balai besar tapi pegawainya kecil.
Tapi kami bersyukur atas dukungan masyarakat dan pemerintah, ucapnya.
Lanjut dijelaskan, Sulbar ini memiliki taman nasional Gandang Dewata, 74 desa masuk wilayah kawasan, dan tidak semua desa memiliki akses, sehingga butuh dukungan semua pihak.
"Kita berharap, taman nasional Gandang Dewata bisa dikembangkan seperti taman nasional yang ada di Jawa sehingga bisa menghasilkan untuk masyarakat," ungkapnya.
Suhardi Duka berpesan agar masyarakat menjaga lingkungan, menjaga alam dengan giat menanam sebab itu sangat bermanfaat untuk masa sekarang dan akan datang, dan manfaatnya sangat dirasakan oleh banyak orang.
Di wilayah konservasi, SDK berpesan agar tetap menjaga keaneka ragaman hayati. Khususnya hewan endemik kita (Sulbar) yakni Anoa (kerbau kenit).
"Itu jangan ditangkap karena dilindungi, jika ditangkap bisa berefek hukum," terang SDK, Senin (16/10).
Sambung SDK, ini juga penting dipahami bahwa wilayah konservasi dan masyarakat sekitar itu akan dibantu dihidupi atau dibantu sesuai kebutuhannya, sesuai metode sehingga bisa hidup bersama dengan alam.
"Jadi bukan berarti setelah masuk wilayah konservasi masyarakatnya akan mati. Sehingga kami di DPR RI meminta pemerintah untuk bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan, dilakukan pengembangan masyarakatnya," ungkapnya.
"Mamasa ini indah, potensinya besar, Mamasa ini jangkarnya Sulbar, kalau rusak maka sumber air akan rusak sampai ke hilir, sehingga harus dikelola dengan baik," sambungnya.
Masih kata SDK, biar sumber daya besar, kalau management rusak miskin itu wilayah. Kalau salah kelola rakyatnya miskin. (Sudirman)