MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo hadir di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Kota Makassar, Jumat (20/10/2023).
Orang nomor satu di jajaran Polri itu hadir di Unhas membawakan kuliah kebangsaan yang bertajuk ‘Polri – Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan (Presisi) dalam Menjamin Stabilitas Sosial dan Penegakan Hukum Menuju Indonesia Emas 2045'.
Jenderal Listyo Sigit hadir di Unhas Makassar didampingi Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri, Komjen Pol Fadil Imran, Kapolda Sulsel, Irjen Pol Setyo Boedi Moempoeni Harso, Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, Pangdam XIV Hasanuddin, Mayjen TNI Totok Imam Santoso, dan sejumlah PJU Polda Sulsel dan Kapolres.
Kedatangan Jenderal Listyo Sigit dan rombongan langsung disambut Rektor Unhas Makassar, Prof Jamaluddin Jompa, civitas akademika dan ratusan mahasiswa Unhas Makassar.
Di hadapan ratusan mahasiswa Unhas Makassar, Listyo Sigit memaparkan sejumlah tantangan bangsa Indonesia saat ini, termasuk tantangan global antar persaingan dagang Amerika dan China, Konflik Rusia dan Ukraina disebut menimbulkan masalah krisis pangan dan krisis energi menimbulkan krisis sosial, dan dampaknya saat ini dirasakan beberapa negara.
"Mungkin sering disampaikan bagaimana kemudian krisis pangan, krisis energi yang kemudian mengarah kepada krisis ekonomi mengakibatkan beberapa negara menjadi pasien IMF, ini saya kira sampai saat ini belum selesai," ujar Jenderal Bintang Empat di pundaknya itu.
Selanjutnya, konflik Israel dan Palestina juga disebut lambat laun akan berdampak pada keamanan dalam negeri. Kestabilan geopolitik pun kini menjadi misi yang dibawa Indonesia dalam forum global.
"Saat ini ditambah konflik Israel dan Palestina, lambat laun akan mempengaruhi keamanan dalam negeri. Di Satu sisi kita hadapi ketidakpastian global dan kita hadapi ketidakpastian baru," sebutnya.
Lebih jauh, Listyo Sigit menyampaikan, negara-negara adidaya juga memiliki kekuatan besar. Salah satunya, kepemilikan senjata nuklir.
"Masing- masing negara ini punya senjata pamungkas namanya Nuklir. Saat ini upaya meluncurkan roket ini juga tentunya jadi masalah besar dan dibicarakan PBB," terangnya.
Masalah lain yang dihadapi Indonesia saat ini kata Listyo Sigit yaitu keterbukaan informasi, utamanya di media sosial yang begitu masif. Setiap orang disebut bisa saja menjadi pemberi informasi, entah itu buruk atau sebaliknya.
Kemajuan teknologi ini juga disebut menjadi satu tantangan baru yang harus dihadapi bangsa Indonesia kedepannya. Terlebih lagi, teknologi juga kerap disalahgunakan untuk berbuat kejahatan.
"Masalahnya lain yang kita hadapi yaitu fenomena citizen journalism, semua orang bisa menjadi sumber berita. Saat kita melakukan hal baik, maka beritanya juga baik, begitu sebaliknya, orang bisa memberitakan, termasuk kita sendiri juga bisa memberitakan apa mau kita," ujarnya.
"Karena memang kemajuan teknologi yang ada mau tidak mau menjadi keniscayaan yang harus kita hadapi. Tentunya ini berdampak pada munculnya kejahatan dimensi baru. Jadi hal-hal selama ini tidak pernah kita bayangkan dia bisa remote dari tempat lain dan melakukan kejahatan di antar negara, sementara aturannya kita terkendala," sambungnya.
Dari semua tantangan tersebut, institusi Polri juga disebut turut berbenah dengan meningkatkan potensi SDMnya. Mulai dari melanjutkan pendidikan dalam negeri maupun keluarga negeri.
Saat ini, ada sebanyak 412 anggota polri yang menyandang gelar dokter dan enam orang menyandang gelar profesor. Polri disebut terus berkembang menyesuaikan tantangan yang ada.
"Kami juga harus ikut mengembangkan SDM-SDM yang ada di Polri, ada yang dikirim untuk sekolah dalam negeri, ada yang ikut S2, S3, ada juga yang kami diberangkatkan keluar negeri, agar kita juga tidak kalah dengan permasalahan yang kita hadapi saat ini, dan Polri harus selalu siap," tutup Listyo Sigit. (Isak/B)