MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemilihan presiden dan wakil presiden pada 2024 akan diikuti oleh tiga pasangan calon. Perebutan kantong-kantong suara mayoritas akan menjadi incaran. Seperti apa peta perebutan suara di Sulawesi Selatan sebagai pemilik suara terbesar di luar Pulau Jawa? Bagaimana strategi tiga pasangan calon untuk mendominasi perolehan 6,6 juta lebih pemilih di daerah ini?
Dibandingkan dengan jumlah pemilih di Pulau Jawa, Sulawesi Selatan memang relatif di angka kecil. Meski begitu, suara dari daerah ini selalu diperhitungkan karena menjadi penyumbang terbesar besar di luar Jawa. Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Firdaus Muhammad mengatakan pemilih dari Sulsel bisa mengisi kantong-kantong suara kontestan yang perolehannya minim di Pulau Jawa.
"Meski begitu, publik belum bisa memprediksi pasangan mana yang bisa menguasai basis di Sulsel. Relatif belum ada yang mengincar 24 kabupaten dan kota," ujar Firdaus, Senin (23/10/2023).
Menurut Firdaus, situasi Pilpres 2024 berbeda dengan Pilpres 2019 yang hanya menyajikan dua pasangan calon. Kondisi itu memudahkan publik untuk membaca pasangan yang dapat menguasai basis suara saat kampanye.
"Dengan komposisi tiga pasangan calon, belum ada yang berani mengklaim sebagai penguasa basis," kata Firdaus.
Pada Pilpres 2019 di Sulsel, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga memperoleh 2.809.393. Adapun pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin mendulang 2.117.591 suara.
Firdaus mengatakan, karakteristik calon pendukung ketiga pasangan calon relatif variatif di Sulsel. Untuk pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar akan berusaha menggaran basis dari kalangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md akan 'memanfaatkan' jejaring organisasi dan partai melalui kepala daerah. Adapun Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan menggarap basis milenial dan akar rumput yang pernah menjadi basis suara Prabowo dan Jokowi pada 2019.
Dia mengatakan, tiga daerah di Sulsel menjadi kunci kemenangan setiap perhelatan pemilu. Kota Makassar, Kabupaten Gowa, dan Bone memiliki jumlah pemilih terbesar.
"Untuk memang di Sulsel, pasangan capres dan cawapres harus menguasai tiga daerah tersebut, meskipun sangat sulit karena diprediksi suara akan terbagi rata. ," imbuh Firdaus. "Namun, dipastikan sulit bagi bacapres sehingga basis suara terbagi rata," sambung dia.
Sementara Indeks Politica Indonesia (IPI) menempatkan Prabowo Subianto sebagai calon peraih suara tertinggi di Sulsel. Dalam gambaran sigi yang digelar Oktober ini, Prabowo unggul dengan persentase 44,6 persen. Adapun Anies Baswedan 32, 2 persen, dan Ganjar Pranowo 12,0 persen. Sebanyak 11,2 persen belum menentukan pilihan.
"Di Sulsel bisa dikatakan masih basis utama Prabowo," kata Direktur IPI, Suwadi Idris Amir.
Suwadi mengatakan, tren eletorat Anies di Sulsel cenderung naik berkat kerja-kerja partai koalisi dan tim relawan.
Sementara itu, Direktur Riset dan Data Lembaga Insert Institute, Reskiyanti menilai menilai basis suara kandidat bergantung dari segmentasi usia dalam hal ini Gen Z dan dan milenial. Sigi Insert Institute pada rentang Agustus-September menempatkan Prabowo di urutan pertama diikuti Anies dan Ganjar.
"Generasi baby boomers dan sebagian lagi milenial, memilih pasangan Anies-Cak Imin, kata Reskiyanti.
Pengamat demokrasi di Makassar Nurmal Idrus menyebutkan, faktor figuritas capres dan cawapres akan menjadi faktor dominan dalam mengukur keterpilihan di Sulsel. Menurut dia, mesin koalisi partai politik pengusung kandidat tak bisa diandalkan karena konsentrasi mereka akan terbagi pada pemilihan legislatif.
"Selain itu, tak ada irisan pemilih Sulsel dengan capres yang tersedia, menyulitkan parpol pendukung menggunakan struktur mereka dalam mengkampanyekan capres," ujar Nurmal.
Ketua Umum KoReAn Relawan Anies-Muhaimin, Muhammad Ramli Rahim mengatakan, komitmen adalah salah satu kunci keberhasilan relawan. Ke depan, kata dia, memang sangat diperlukan berbagai kegiatan konsolidasi untuk mematangkan kerja-kerja pemenangan. Termasuk menyukseskan Gerakan Nasional Saksi AMIN Tak Mau Dibayar (GERNAS SATAMAR) yang sejauh ini sudah ada di mana-mana.
"Kami akan membuktikan bahwa tidak perlu logistik yang banyak, kami bisa menang karena bekerja ikhlas demi perubahan Indonesia yang lebih maju dan adil," kata Ramli.
Ketua Tim Pemenangan Daerah (TPD) Ganjar-Mahfud di Sulsel, Moh Ramdhan "Danny" Pomanto tak mau ketinggalan menyatakan pihaknya telah merampungkan struktur TPD dan akan segera membentuk Tim Pemenangan Kabupaten/Kota (TPK).
"Kami sementara mempersiapkan pelantikan TPD Sulsel, dan dalam satu minggu ini pembentukan TPK tingkat kabupaten dan kota. Insyaallah akan lantik serentak pada November," kata Danny.
Danny mengatakan partai koalisi telah sepakat bahwa PDI Perjuangan akan menjadi inisiator dalam menentukan ketua TPK.
"Teman-teman koalisi sepakat inisiatornya adalah PDI Perjuangan, mengundang semua partai-partai koalisi di daerah untuk membentuk TPK," ujar Danny.
Ketua PDIP Sulsel, Ridwan Andi Wittiri mengatakan penyempurnaan struktur dan strategi kemenangan Ganjar-Mahfud di Sulsel akan dikebut.
"Yang paling penting adalah ini penyempurnaan struktur internal dan strategi yang kami akan lakukan di Sulsel tentunya atas koordinasi dengan tim pemenangan nasional," ujar dia.
Ridwan mengatakan instruksi dari TPN pusat adalah sesegera mungkin melakukan pemetaan dan melakukan koordinasi dengan partai-partai koalisi agar efektivitas kampanye yang dimulai 28 November semakin maksimal. Selain itu, kata dia, sebelum November sudah terbentuk TPK Ganjar-Mahfud di tingkat kabupaten/kota.
"Sebelum kedatangan capres dan cawapres itu sudah sudah terbentuk dan akan dilantik oleh capres dan cawapres," imbuh Ridwan.
Ridwan ikut mengomentari terpilihnya Gibran mendampingi Prabowo. "Biasa aja. Kami biasa menghadapi yang namanya kader yang keluar atau masuk," kata Wittiri.
Meski demikian, dia mengakui bahwa ada aturan terkait sanksi di PDIP, baik diberhentikan ataupun diminta mundur. Ada administrasi atau aturan dari partai. Soal Gibran yang menyeberang ke kubu lain, kata diam tak akan mempengaruhi basis PDIP termasuk di Sulsel.
"PDIP itu jelas basisnya wong cilik. Tidak terpengaruh dengan pindahnya Gibran. Di Sulsel basis PDIP tak terganggu," beber dia.
Pada intinya, Ridwan menegaskan, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri mendukung Ganjar. Sedangkan Jokowi sebagai kepala negara mendukung semuanya.
Sementara Danny Pomanto menganggap sosok Gibran tidak berpengaruh ke pemilih Sulsel dan tetap percaya diri bisa memenangkan Ganjar. Dia menyebut TPD Gajar-Mahfud di Sulsel tidak terpengaruh dengan pencalonan Wali Kota Solo itu sebagai cawapres Prabowo. Danny menilai hal itu hanya bagian dari kejutan demokrasi.
"Tidak pengaruh basis Sulsel. Kami jalan saja. Saya kira inilah realpolitik. Semua selalu ada kejutan dan itulah bagian demokrasi, dan posisi saya tidak ingin mengomentari pasangan lain, yang saya komentari adalah fokus bagaimana memenangkan pertarungan di Sulsel," kata dia.
Adapun Ketua Gerindra Sulsel, Andi Iwan Darmawan Aras mengatakan, pasca pengumuman Gibran sebagai pendamping Prabowo, maka tim pemenangan otomatis segera dimasifkan untuk bergerak. "Bersama partai koalisi dan relawan akan segera mensosialisasikan pasangan tersebut dan membentuk jaringan-jaringan pemenangan," kata Andi Iwan.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasional Sulsel, Andi Muhammad Irfan AB menyatakan kekecewaan karena Erick Thohir tidak digandeng sebagai wakil Prabowo.
"Kami pasti kecewa. Tapi apa boleh buat, karena ini adalah keputusan bersama. Mau tidak mau harus diterima," ujar Irfan.
Irfan mengatakan, pihaknya akan segera melakukan koordinasi bersama partai koalisi untuk memenangkan pasangan ini di Pilpres 2024. "Setelah pendaftaran, kami akan bekerja semaksimal," kata Irfan.
Irfan menyebutkan, pasangan Prabowo dan Gibran pasti ada plus minusnya. Jadi pihaknya hanya melihat plusnya saja. Dia menyebutkan, di Sulawesi Selatan ini Prabowo bisa memenangkan pertarungan.
"Jadi, bagi kami siapapun wakil Prabowo tetap bisa memenangkan pertarungan ini. Apalagi sejumlah lembaga survei telah merilis hasilnya," kata dia. (Suryadi-Fahrullah/C)