MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Fenomena kemarau berdampak pada sistem kelistrikan di Sulawesi Selatan yang mengalami gangguan.
Padahal, sistem kelistrikan di Sulawesi Selatan banyak bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sedang debit air di berbagai daerah naungan PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat mulai berkurang.
Menyikapi hal tersebut, Direktur Distribusi PLN Persero, Adi Priyanto, menemui Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, di Kantor Gubernur, Selasa (24/10/2023). Kedatangan Adi, untuk melaporkan kondisi kelistrikan di Sulsel. Dimana, beberapa waktu belakangan ini dilakukan pemadaman bergilir.
Adi menjelaskan, kemarau akibat El Nino telah berdampak terhadap berkurangnya debit air, sehingga menyebabkan kemampuan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) turun sekitar 75 persen, dari 850 Megawatt (MW) menjadi 200 MW. Sistem Kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan saat ini sangat bergantung terhadap debit air karena 33 persen pembangkitnya berasal dari PLTA.
"Kami terima kasih atas bantuan Pemprov Sulsel yang telah menyampaikan pernyataan resmi soal darurat kebutuhan listrik dan debit air sebagai bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sulsel," kata Adi.
Adi mengungkapkan, berbagai upaya terus dilakukan mulai dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), khususnya di daerah aliran sungai lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air. Upaya ini telah membuahkan hasil dimana hujan sudah turun di beberapa lokasi PLTA, dengan harapan debit air dapat terus bertambah dan suplai listrik bisa kembali normal.
"Secara hitung-hitungan, berdasarkan jumlah debit air, awal November 2023 ini akan mulai meningkat. Semoga sudah lebih baik," imbuhnya.
Hingga kini, sistem kelistrikan Sulawesi bagian Selatan banyak dipasok oleh pembangkit yang berasal dari EBT, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso berkapasitas 515 MW, PLTA Bakaru berkapasitas 126 MW, PLTA Malea berkapasitas 90 MW Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap berkapasitas 70 MW, PLTB Tolo berkapasitas 60 MW. Adapun bauran energi baru terbarukan di sistem kelistrikan Sulbagsel sebesar 45.8 persen.
General Manager PLN UID Sulselrabar, Moch. Andy Adchaminoerdin menjelaskan, berbagai upaya terus dilakukan mulai dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) khususnya di daerah aliran sungai lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air.
"Upaya ini telah membuahkan hasil di mana hujan sudah turun di beberapa lokasi PLTA, harapannya debit air dapat terus bertambah dan suplai listrik bisa kembali normal," ucapnya.
"Selain itu relokasi pembangkit dari beberapa wilayah tersebar di Indonesia juga terus dilakukan. Pembangkit tersebut akan memasok tambahan daya sebesar 85 Megawatt (MW) dan diharapkan dapat segera membantu sistem kelistrikan di Sulbagsel. Tim ahli pembangkitan juga turut didatangkan ke Makassar untuk mengakselerasi penormalan pasokan listrik," tambah Andy.
Andy mengungkapkan, di tengah krisis air akibat dampak fenomena El Nino, PLN terus berkomitmen memberikan pelayanan terbaik.
"Di lapangan ratusan petugas secara bergantian selama 24 jam tetap bekerja tak kenal lelah untuk memastikan pasokan listrik bisa terus berlangsung setiap harinya," ungkapnya.
"Kami sangat mengapresiasi dukungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, Pemerintah Kota/Kabupaten di seluruh Sulselrabar, TNI-Polri, serta seluruh stakeholder yang sudah membantu PLN dalam melaksanakan berbagai upaya strategis dalam menjaga keandalan pasokan listrik," tambah Andy.
Berbagai daerah di Sulawesi Selatan masih mengalami pemadaman bergilir. Meski demikian beberapa daerah juga telah diguyur hujan dengan intensitas berbeda-beda. Dengan ini diharapkan debit air menjadi normal dan kerja kelistrikan Sulbagsel kembali normal.
Adapun Bahtiar Baharuddin, mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran PLN atas kerja kerasnya melayani masyarakat. Sekalipun masih ada pemadaman bergilir, akibat debit air yang menurun. Bahtiar mengatakan, listrik memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen akan turut bersinergi dengan PLN dalam mengatasi kondisi sekarang ini.
Begitupun untuk industri. Bahtiar mengungkapkan, salah satu yang menjadi kendala untuk menarik investasi ke Sulsel, adalah listrik. Industri smelter di Bantaeng, misalnya, akan menambah tungku namun masih terkendala listrik.
"Kendala investasi di Sulsel ini adalah listrik. Dari segi jalan bagus, bandara bagus, pelabuhan bagus, sisa bagaimana listrik ini ditingkatkan. Apalagi untuk industri smelter, butuh listrik yang besar," terangnya. (Abu Hamzah/C)