MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Hanura Provinsi Sulawesi Selatan tidak percaya diri untuk bersaing dan meraih kursi di daerah pemilihan (dapil) Sulsel 2 untuk DPR RI. Padahal, calon anggota legislatif (caleg) mereka terpenuhi sesuai kebutuhan, yakni sebanyak sembilan orang.
Ketua DPD Hanura Sulsel, Amsal Sampetondok mengungkapkan, pihak tidak begitu yakin untuk dapat bersaing pada pesta demokrasi 2024 mendatang. "Kita harus tahu diri juga," ungkap Ketua DPD Hanura Sulsel, Amsal Sampetondok saat dikonfirmasi Harian Rakyat Sulsel, Kamis (9/11/2023).
Dirinya menyebutkan, di dapil Sulsel II, partai politik lain telah menurunkan kader-kader terbaik mereka untuk merebut kursi untuk DPR RI. "Lihat saja pada Pemilu 2019 silam pak Syahrul Yasin Limpo saja tidak bisa lolos (meraih kursi)," ucapnya.
Meski demikian, kata Amsal, dirinya menunggu keajaiban bagaimana Hanura bisa meraih kursi di Sulsel II tersebut dengan harapan sembilan caleg mereka bekerja dengan baik. "Kalau kita bisa meraih kursi, syukur Alhamdulillah," singkatnya.
Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (IPI), Suwadi Idris Amir menilai, para caleg Hanura khususnya di dapil Sulsel II tampak tidak serius untuk berkonsentrasi pada pemilihan legislatif (Pileg) 2024 mendatang. Hal itu yang dipikirkan lebih awal apakah lolos ambang batas atau tidak.
"Calegnya berpikir bahwa mereka hanya membuang-buang biaya, karena tidak ada jaminan bahwa partai ini lolos parlemen threshold dan ketika tidak ada jaminan lolos parlemen threshold kan caleg berpikir All out," katanya.
"Jangan sampai sudah habis (dana) tetapi tidak lolos parlemen threshold empat persen partainya tidak ada gunanya," lanjutnya.
Sehingga, kata Suwadi, sangat rugi mencaleg di partai yang tidak ada jaminan lolos parlemen threshold. "Dan rugi lagi kalau membuang buang biaya," jelasnya.
Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam menyebutkan, partai pendatang baru maupun non parlemen sangat sulit untuk bersaing dengan partai yang sudah memiliki kursi di parlemen khususnya Senayan.
Berkaca Pemilu 2019 lalu sejumlah partai pendatang baru tak mampu lolos ambang batas yang telah ditentukan oleh pemerintah sebanyak empat persen.
"Dengan ambang batas empat persen, parpol baru dan non parlemen akan kesulitan untuk mencapainya jika tidak dilakukan dengan effort yang luar biasa," kata Nursandy Syam.
Dia menambahkan, angka empat persen itu secara psikologis masih sangat tinggi untuk diraih bagi partai-partai pendatang baru jika tidak memiliki sumber daya yang kuat.
"Jika Parpol yang tidak punya sumber daya pemenangan yang kuat, maka sulit untuk mencapai ambang batas 4 persen," singkatnya. (Fahrullah/C)