MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemadaman bergilir yang dilakukan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat menjadi keputusan yang paling banyak dicecar masyarakat Sulsel, khususnya di Kota Makassar. Apa daya, pihak PLN menyatakan kebijakan pemadaman bergilir itu merupakan langkah tepat menyikapi kondisi kelistrikan akibat cuaca dan El Nino.
Manager Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN UID Sulselrabar, Ahmad Amirul Syarif mengatakan pemadaman bergilir tersebut sudah diluar kuasa perusahaan.
"Kami pun merasakan pemadaman listrik di rumah kami, karena kami sama dengan pelanggan biasa. Kondisi ini di luar kemampuan kami," ucap Ahmad saat menjadi tamu Podcast Harian Rakyat Sulsel, Rabu (15/11/2023).
Menurut Ahmad, PLN telah melakukan pengaturan pemadaman listrik secara adil dengan durasi tiga hingga empat jam. Hal ini disebabkan kondisi kemarau yang terjadi beberapa bulan belakangan ini.
"Sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan yang menghubungkan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah yang meliputi Palu dan Poso serta Sulawesi Tenggara. Semua itu telah disuplai pembangkit listrik, tenaga listrik dan pembangkit mikro hidro ini mayoritas ada 33 persen. Dari situ PLTA dalam kondisi putih membangkitkan 850 megawatt. Secara normal masih surplus dan bisa memenuhi kebutuhan pelanggan, dari 850 turun menjadi 200 Mega Watt. Dari pengurangan daya ini maka dilakukan manajemen beban," Jelas Ahmad.
Menurut dia, pemadaman listrik menjadi solusi sebab kapasitas pembangkit tidak mampu memenuhi kebutuhan pelanggan. "Daya yang dikeluarkan tidak boleh lebih dari kemampuan pembangkit, agar tidak terjadi blackout alias mati listrik total. Itu yang kami jaga. Ini dilakukan secara terpaksa karena sistem yang harus dijaga pula," ujar dia.
Pemadaman listrik yang terjadi selama empat jam juga memiliki alasan. Menurut Ahmad hal tersebut sesuai dengan manajemen beban PLN dengan sistem yang demikian.
"Masyarakat biasanya kalau mati lampu keluar ke mal misalnya. Maka kami memberi pemadaman empat jam dan hanya sekali agar masyarakat keluar rumah juga hanya sekali. Namun jika pembangkit lebih baik bisa dihidupkan kembali dan kurang dari empat jam itu," ujar dia.
Selain melakukan pemadaman, PLN juga melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan sistem kelistrikan di kondisi normal. Salah satunya adalah sistem modifikasi cuaca.
"Kami telah melakukan sistem modifikasi cuaca di daerah suplai PLTA. Sistem ini sama dengan hujan buatan. Ini membawa hasil, beberapa hari terakhir sudah tidak ada pemadaman dan hasilnya signifikan," ucap Ahmad.
"Hujan buatan ini adalah salah satu alternatif. Kami lakukan tidak henti-hentinya namun membutuhkan kerja sama beberapa pihak. Drone menembakkan garam kepada awan yang memiliki bibit-bibit air. Jadi kalau tidak ada awan atau blue sky susah dan tidak akan ada hasilnya. Makanya kami harus koordinasikan dengan BMKG dan jatuhnya juga harus didekat sungai dengan pembangkit PLTA agar langsung berdampak," sambung dia.
Ahmad menjelaskan, pemadaman bergilir ini tercatat telah berlangsung sejak Oktober lalu, "Modifikasi cuaca ini telah membawa dampak signifikan dan berulang kali dilakukan khususnya di daerah Mamasa, PLTA Bakaru dan daerah aliran Danau Poso, dan sampai sekarang masih terus dilakukan," jelasnya.
Lebih jauh Ahmad menjelaskan terkait pemadaman listrik yang disinyalir menjadi penyebab maraknya kebakaran di Kota Makassar, menurut Ahmad, di luar wewenang PLN dan biasanya terjadi karena arus pendek yang disebabkan sistem kelistrikan yang tidak sesuai dengan semestinya.
"Wewenang PLN sampai pada kwh yang ada di meteran pelanggan, kemudian di dalam. Ada instalasi milik pelanggan. Biasanya ada asosiasi yg menangani hal tersebut. Terkait kebakaran biasanya ada arus pendek yang muncul dari instalasi sebab tidak sesuai standar. Misalnya colokan menumpuk, barang elektronik tidak sesuai standar yang menyebabkan muncul api di instalasi pelanggan," ujar dia.
"PLN juga telah mensosialisasikan agar masyarakat selalu meremajakan sistem kelistrikan dan jika tidak digunakan dicabut dahulu. Banyak masyarakat mengaku banyak yang rusak alat elektronik," kata dia.
Ahmad juga menjelaskan terkait pemadaman bergilir yang akan memberikan kompensasi pada masyarakat. Menurut dia, hal tersebut masuk pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Mutu Pelayanan PLN. Menurut dia, PLN akan senantiasa mengikuti peraturan menteri. Kompensasi berupa diskon energi minimum, kalau pelanggan masuk dalam kriteria. Kriteria paling umum banyak itemnya. Saat ini masih dikaji dan koordinasi di pusat. Salah satu dari banyak hitungan adalah potongan 35 persen.
Ahmad mengungkapkan pihaknya menjadi orang yang sangat berharap sistem kelistrikan kembali normal.
"Kalau ada yang ditanya siapa yang ingin kondisi kelistrikan kembali normal adalah kami, sebab tidak sedikit biaya yang keluar seperti untuk modifikasi cuaca dan relokasi pembangkit. Kami berharap kondisi kelistrikan kembali," ujar dia.
"Kami mohon doanya agar semua upaya yang kami lakukan baik modifikasi cuaca maupun relokasi pembangkit bisa beroperasi seperti semula serta turun hujan di daerah pembangkit dan kami diberi kesehatan dan kekuatan untuk bisa kembali melistriki sebagaimana harusnya. Kapan selesai pemadaman bergilir ini, kami upayakan secepatnya. Kami masih semaksimal mungkin mencari solusi, segera mohon doanya," ujar dia. (Andi Nurhikmawati/C)