MAKASSAR, RAKYATSULSEL - King maker, sebuah istilah yang saat ini begitu populer pada saat tahapan kontestasi pemilihan presiden berjalan. King maker bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia adalah ‘pembuat raja’ atau seseorang yang membuat orang lain jadi pemimpin. Dalam artian, bisa seorang atau kelompok orang dalam hal ini termasuk parpol dan koalisi parpol.
Persaingan pilpres semakin memanas. Ada dua kontestan yang saling menyerang baik antarpendukung maupun tim sukses kedua kontestan, yaitu pasangan Prabowo-Gibran vs Ganjar-Mahfud.
Tentu saja “serangan” kubu satu ke pihak lain tidak hanya sebuah reaksi atas aksi semata. Namun, bisa juga hal tersebut adalah sebuah strategi untuk bisa menaikkan popularitas. Namun, melihat hanya dua pihak yang saling “serang” maka mustahil hal tersebut sebagai sebuah settingan atau strategis elektorat. Bisa jadi hal tersebut adalah buah dari kekecewaan terhadap pihak lain akibat menganggap king maker telah mbalelo dan lebih mendukung mantan rivalnya pada dua pilpres sebelumnya.
Namun, di kubu yang berseberangan menganggap king maker-nyalah yang selama ini direndahkan dan dianggap hanya sebagai petugas partai sama dengan kader lainnya. Dan, tampaknya keresahan king maker akibat sejumlah programnya banyak yang dimentahkan bahkan digagalkan oleh capres yang justru sebelumnya didukung.
Tentu saja pihak yang tidak ikut dalam “pertikaian” tersebut akan mendapatkan keuntungan elektorat. Hal tersebut terlihat dari rilis lembaga survei yang nyaris seragam menempatkan jagoan king maker pada posisi puncak dan elektabilitas pesaingnya mengalami penurunan dan nyaris elektabilitas menyamai pasangan yang selama ini selalu pada posisi buncit.
Waktu yang tidak sampai tiga bulan tentu saja segala hal masih sangat dinamis. Artinya, strategi dan kerja keras para tim sukses menjadi keniscayaan untuk dapat mendongkrak elektabilitas untuk dapat memenangkan konstelasi Pilpres 2024.
Siapakah king maker sesungguhnya dari kontestasi Pilpres 2024? Dari tiga calon yang akan berlaga, kita bisa memetakan king maker tersebut adalah Jokowi, Megawati dan Surya Paloh.
Jadi tidak heran bila Jokowi adalah king maker Prabowo-Gibran sebab Jokowi ingin mempertahankan program yang telah dirintisnya seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara dan Prabowo adalah sosok yang dianggap mampu dan mau meneruskan program Jokowi tersebut.
Penulis beranggapan Jokowi mendorong Gibran mendampingi Prabowo sebagai strategi untuk bisa memuluskan program Jokowi yang saat ini telah berjalan. Minimal Jokowi akan memberikan masukan dengan adanya anak biologisnya di dalam pemerintahan jika kelak terpilih jadi presiden dan wakil presiden.
Pasangan Prabowo-Gibran mengusung melanjutkan kepemimpinan, yang kontras dengan Anies-Muhaimin yang mengusung perubahan dan perbaikan. Dan, pasangan Ganjar-Mahfud berada di antara dua usungan capres pesaingnya. Dalam setiap kesempatan seringkali mengutarakan melanjutkan dan mengubah program yang dianggap pantas.
Semoga para king maker dari capres-cawapres mampu menghadirkan suasana kondusif dalam memberikan statement dan arahan pada tim sukses masing-masing, utamanya pada capres-cawapres usungannya dalam memberikan statement dan debat nantinya. Kita berharap rivalitas yang pernah membuat nyaris terjadi perpecahan sebagaimana dua pilpres sebelumnya tidak terjadi pada Pilpres 2024. (*)