5.400 Warga Makassar Terjangkit Penyakit Tuberkulosis

  • Bagikan
Sosialisasi Penulisan Berita/Artikel yang digelar oleh Forum Multi Sektor (FMS) di Hotel Aston, Kamis (23/11). Foto: SHASA ANASTASYA/RAKYATSULSEL/A

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu masalah kesehatan tertinggi di Indonesia. Terbukti, Indonesia masuk dalam lima besar negara yang memiliki estimasi kasus TBC tertinggi di dunia.

Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara tertinggi penyebaran TBC dengan estimasi sebanyak 1.060.000 kasus di tahun 2023. Jumlah tersebut menunjukkan tren peningkatan dibandingkan tahun 2022 yakni 969.000 kasus dan estimasi kematian 144.000 orang.

Untuk di Kota Makassar sendiri, suspek terkonfirmasi TB pada periode Januari - September 2023 yang ditemukan yakni 5.444 kasus dari estimasi 14.898 kasus.

Tim Forum Multi Sektor (FMS), bidang Komunitas dari Yayasan KNCV Indonesia, dr Fenni mengungkapkan, FMS dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 tahun 2021 tentang penanggulangan tuberkulosis. Menyusul kasus TB di Indonesia, masuk dalam kategori tertinggi secara global.

Dia menjelaskan faktor penyebab TBC seperti merokok, kekurangan nutrisi, hiv, diabetes dan penyalahgunaan alkohol. Kemudian gejala seperti batuk berdahak, sesak napas dan nyeri dada, badan lemas, nafsu maka berkurang, demam meriang berkepanjangan, berat badan menurun dan berkeringat malam hari tanpa berkegiatan.

Fenny menuturkan kendala yang dihadapi dalam mendeteksi TB disebabkan oleh keengganan dari masyarakat untuk memeriksakan diri mereka.

Tak hanya itu, kata dia, terkadang masyarakat yang telah menderita TBC tidak menyelesaikan pengobatan mereka hingga sembuh. Di mana, para penderita TBC harus menyelesaikan pengobatan dengan mengonsumsi obat secara rutin tanpa terputus selama enam bulan.

"Pengobatan TB lama, begitu enak 2 bulan tidak batuk lagi badannya sudah bisa aktfitas biasanya melakukan pemutusan sepihak," ujar dr Fenny, pada Sosialisasi Penulisan Berita/Artikel yang digelar oleh Forum Multi Sektor (FMS) di Hotel Aston, Kamis (23/11).

Akibatnya, karena tidak menuntaskan pengobatan TBC hingga sembuh muncullah resisten atau kekebalan obat. Sehingga, para penderita TBC tetap menularkan ke orang lain.

Padahal, kata dr Fenny, pengobatan TBC itu gratis di seluruh Rumah Sakit yang ada di Kota Makassar. "Itu jadi masalah besar sehingga muncul resisten atau kekebalan obat dan mereka tetap menularkan karena belum sembuh," tutup Fenny. (Shasa/B)

  • Bagikan

Exit mobile version