Lismayana Hansur, Melva Louisa, Jamal Zaini, Beti Ernawaty, Heri Wibowo, Puspita Eka Wuyung, Fadillah Fadillah
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Penyakit COVID-19, yang diakibatkan oleh SARS-CoV2, telah menjadi permasalahan global sejak 2020, meskipun pandemi berakhir, risiko reaksi inflamasi tetap ada, terutama pada pasien dengan faktor risiko tertentu, dan penggunaan deksametason sebagai obat antiinflamasi belum optimal.
Lismayana Hansur, seorang mahasiswa Program Doktor Ilmu Biomedik FKUI dan peneliti di Universitas Muhammadiyah Makassar, bersama dengan tim promotor (Prof. Dr. Melva Louisa, SSi, MBiomed, dr. Jamal Zaini, PhD, SpP(K) dan Dra. Beti Ernawati PhD) telah melakukan penelitian terkait penggunaan ekstrak etanol bunga kasumba turate (C. tinctorius) bersama dengan deksametason dalam mengatasi inflamasi terkait COVID-19.
Penelitian ini menggunakan model mencit dengan inflamasi paru yang diinduksi SARS-CoV-2 spike protein sebagai model COVID-19. Hasilnya menunjukkan potensi antiinflamasi senyawa aktif dalam bunga C. tinctorius terhadap COVID-19. Tanaman herbal ini, yang ditemukan di Sulawesi Selatan, telah secara empiris digunakan untuk mengatasi penyakit virus seperti campak.
Studi ini mencatat bahwa terapi kombinasi deksametason dan ekstrak C. tinctorius menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengurangi peradangan dan meningkatkan respons imun pada model infeksi COVID-19. Temuan utama melibatkan penurunan penanda peradangan dalam darah, perbaikan sel paru yang rusak, serta penurunan infiltrasi sel pada jaringan paru.
Selain itu, terapi ini meningkatkan kadar interferon-gamma (IFN-γ) dalam paru, yang esensial dalam respons kekebalan terhadap infeksi.
Kombinasi ini juga memengaruhi sel-sel imun di jaringan paru, berperan dalam respons inflamasi dan pertahanan tubuh, serta meningkatkan produksi sel-sel pengatur sitokin antiinflamasi. Meskipun hasil menjanjikan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme lebih mendalam dan memvalidasi penggunaan terapi kombinasi ini pada manusia.
Top of Form Penelitian ini memberikan peluang untuk mengembangkan obat herbal sebagai pendamping dalam pengobatan inflamasi pada COVID-19. Dengan potensi mengurangi reaksi inflamasi berlebihan tanpa efek samping serius, hasil penelitian ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut terhadap karakterisasi senyawa aktif. Temuan ini menggambarkan harapan baru dalam pengembangan terapi antiinflamasi dari bahan alami, menawarkan solusi yang dapat membantu pasien COVID-19 dengan respons inflamasi yang berlebihan.
Penelitian ini telah dipertanggungjawabkan didepan tim penguji yang ahli dibidangnya : yang diketuai oleh ahli imunologi (Dr. Heri Wibowo,M.Biomed), pembuatan Hewan model (Dr. dr. Puspita Eka Wuyung, MS), Bioinformatika (Dr. Fadillah, MSi) dan Farmakolog dari BRIN (Dr. Marissa Angelina, M.Farm). Penelitian lebih lanjut yaitu uji klinis fase 1 yang akan menjadi langkah selanjutnya untuk dapat memvalidasi hasil penelitian ini.