“Di pulau Selayar pedagang singgah untuk mengisi perbekalan sambil menunggu musim yang baik untuk berlayar. Dari aktivitas pelayaran ini pula, muncul nama Selayar. Nama Selayar berasal dari kata Cedaya (Bahasa sansakerta) yang berarti satu layar. Karena konon banyak perahu satu layar yang singgah di pulau ini. Kata Cedaya telah diabadikan namanya dalam kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada abad ke-14,” ucap Saiful Arif.
Dirinya menambahkan pada pertengahan abad ke-14 ketika Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara, Selayar digolongkan dalam nusantara, yaitu pulau-pulau lain diluar Jawa yang berada dibawah kekuasaan Majapahit. Ini berarti bahwa armada gajah Mada atau Laksamana Nala pernah singgah di pulai ini, pungkasnya.
Sementara kegiatan festival budaya maritim di Kepulauan Selayar dengan tema “Kelapaku Budayaku, Lautku Kehidupanku”’ diangkat berdasarkan sumber daya alam berupa kelapa yang pernah menjadi emas bagi masyarakat Selayar, nusantara dan dunia.
Sementara Dra. Yusmawati, MM dari Kemedikbudristek, menyatakan bahwa dalam pelayaran ini menyusuri simpul Kepulauan Selayar, pulau yang pernah menjadi tempat persinggahan para pemburu rempah dari barat ke timur, dan sebaliknya.
“Jalur rempah bukan sekadar rangkaian pulau-pulau yang tersebar di lautan Nusantara saja, tetapi sejatinya adalah jalur kisah perjalanan bangsa kita. Melalui muhibah jalur rempah ini, kita menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan pertukaran budaya yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kita sebagai bangsa maritim,” terangnya.
Selain laskar rempah, peneliti, influencer, dan awak media, dalam rombongan tersebut hadir juga Danlantamal VI Makassar didampingi oleh Komandan KRI Dewaruci. (*)