MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Ketua pemuda Muhammadiyah Bantaeng, Syarif, mengungkit salah satu kebiasaan Ilham Arief Sirajuddin (IAS) saat menjabat Wali Kota Makassar rentang 2004-2014.
Sosok yang dikenal dengan tagline GubernurKu itu ternyata secara rutin menyambangi pemuka agama untuk meminta masukan dan pandangan.
"Salah satu tokoh yang secara rutin Kanda Acho (panggilan IAS--red) kunjungi setiap bulan itu adalah Kiai H Jamaluddin Amin semasa hidup. Ini sudah jadi rahasia umum," ujar Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Bantaeng itu, di tengah Dialog Kebangsaan Pemuda Muhammadiyah Sulsel, di Hotel Travellers Phinisi, Jalan Lamaddukelleng, Makassar, Sabtu, 2 Desember 2023.
Dialog yang menghadirkan IAS sebagai pembicara itu merupakan rangkaian Rapat Pimpinan Wilayah II sekaligus Pra Musyawarah Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulsel. Mengangkat tema Kepemimpinan Muda, Memajukan Sulsel.
Penasaran dengan itu, Syarif lalu meminta IAS berbagi alasan di balik kebiasaan itu ia lakukan di tengah-tengah kesibukan selaku wali kota kala itu.
Ketua Pemuda Muhammadiyah Sinjai, Dr Mukhlis, ikut melontarkan pertanyaan untuk IAS di sela dialog yang berjalan hangat dipandu Soemitro Emin Praja itu.
Muhlis bertanya seputar siapa sosok wakil yang diincar GubernurKu menatap pilgub Sulsel 2024 mendatang, lalu melontarkan tantangan. "Beranikah Pak IAS menggandeng tokoh Muhammadiyah untuk pilgub mendatang?" sergah Muhlis.
Merespons itu, IAS lebih dulu menegaskan statusnya saat ini sebagai Bakal Calon Gubernur Sulsel 2024 dari Partai Golkar. Sehingga salah satu pertimbangan penting dalam menentukan wakil kelak adalah mendengar keinginan partai pengusung.
"Tapi, sebagai politisi, saya pribadi sangat survei minded. Artinya, percaya dengan proses ilmiah itu sebagai alat ukur penting dalam pemilihan langsung. Menjadi kehormatan bagi kami jika ada tokoh Muhammadiyah yang berkenan mendampingi, apalagi jika selaras dengan keinginan publik yang tergambar lewat survei," tegas peraih Bintang Jasa Utama dari Presiden RI 2012 itu.
Sekaitan kebiasaan sowan ke pemuka agama, IAS menyebut itu bagian dari kebiasaan untuk mendapat masukan dari berbagai pihak. Pemimpin yang baik, jangan alergi dengan masukan bahkan kritikan sekalipun. Apalagi dari kelompok pemuka agama.
"Bagi seorang pemimpin, mendengar masukan dari pemuka agama itu pasti menenangkan. Mereka bisa menilai kebijakan seorang pemimpin dari berbagai perspektif berbeda," terang IAS.
"Seorang pemimpin juga akan terhindar dari kebiasaan beronani dengan kebijakannya jika membuka diri dari berbagai masukan. Dan yang paling saya butuhkan dari para pemuka agama itu adalah restu dan doa mereka," tutup IAS. (*)