Tim Kampanye Capres Adu Strategi

  • Bagikan
Dokumen Rakyat Sulsel

"Kami sebenarnya berharap demokrasi yang kami jalankan tetap utuh tanpa ada intervensi dari kekuasaan, sehingga kita melahirkan kepemimpinan nasional," katanya.

Untuk memperkenalkan kandidat nomor urut 3 ini, kata Politikus PPP ini harus ada strategi khusus karena dia akui dari empat Partai Politik (Parpol) ada satu yang seksi di hadapan masyarakat yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sehingga untuk mensosialisasikan itu harus partai lain masuk ke wilayah-wilayah tertentu.

"Kami paham di tim Ganjar-Mahfud yang bisa menggerakan ini (tim pemenangan) di beberapa daerah (Cari kemeanngan) istilnya tidak terlalu melekat dengan 'Banteng', apakah itu non partai atau partai lain," katanya.

Mantan wakil ketua DPRD Sulsel ini menyebutkan seperti Kabupaten Wajo, Enrekang, Sidrap, Bone, Maros. Mereka semua ini pantaik dengan partai 'Banteng' sehingga diperlukan strategi khusus bisa meraih suara di daerah tersebut dengan menjual nama Mahfud MD. Karena dia masyarakat ingin mencari keadilan dan itu ada pada Mahfud MD.

"Selama ini masyarakat mendambakan keadilan. Orang Sulawesi selatan ini menginginkan dilayani dengan dilindungi sehingga hukum, demokrasi itu sangat penting untuk ditetapkan," jelasnya.

Juru Bicara (Jubir) Anies-Muhaimin, Ismail Bachtiar mengungkapkan, pemilih pada Pilpres 2019 tidak akan sama dengan pemilih 2024.

Dimana, kata dia, Pilpres 2019 hanya ada dua pasangan calon, sehingga masyarakat atau pemilih yang tidak mendukung Joko Widodo mengalihkan dukungannya pada Prabowo Subianto.

Kondisi saat itu dikatakan membuat pemilih tidak memiliki pilihan lain sehingga pilihannya hanya satu opsi saja, berbeda pada Pilpres 2024 yang ada tiga pasang calon.

"Acuan 2019 itu sama sekali tidak menjadi dasar kami untuk menunjukkan capaian perolehan target suara di Sulsel. Karena Sulsel ini sampai hari ini, data internal kami masih meyakini pemenangnya nomor urut pertama (Anies-Muhaimin)," tuturnya.

"Artinya tidak boleh kita jadikan tolak ukur bahwa perolehan suara 2019 akan kembali di 2024. Saya sampai saat ini masih berkeyakinan angka itu pasti akan berubah dan bisa jadi perubahannya akan signifikan," sambungnya.

Keyakinan Ismail terhadap tim Capres-Cawapres yang didukungnya bisa memperoleh suara lebih unggul di Sulsel karena menurutnya, pemilih di Sulsel memiliki banyak klaster. Salah satunya adalah kelompok pemilih religius.

Mengingat pasangan Anies yakni Muhaimin dikenal sebagai politikus, aktivis, juga sebagai salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU).

"Sulsel ini juga dikenal dengan pemilih religius yang cukup tinggi, basisnya itu sebut saja Sengkang, Bone ini juga sama," sebut Ismail.

Selain itu, Ismail juga menyampaikan pasangan Anies-Muhaimin sangat paham kondisi kebutuhan masyarakat di Sulsel, utamanya bagi kalangan petani dan nelayan. Dimana ada salah satu konsep yang dibuat dan diberi nama Contract Farming untuk menstabilkan harga pangan sekaligus menyejahterakan petani di Indonesia pada umumnya.

"Jadi pak Anies jangan disangka memimpin Jakarta kurang pertanian dan tidak paham soal ini (kondisi petani dan nelayan), tapi justru hampir semua statement yang keluar dari beliau itu atas dasar kajian strategis oleh para ahli," tutur Ismail.

  • Bagikan

Exit mobile version