Isu tersebut memang jadi perdebatan publik juga. Sehingga capres nomor 2 berusaha tampil dinamis dengan menghindari aspek praktikal, namun bermain di ranah normatif.
"Misalnya, pada pertanyaan- pertanyaan terkait demokrasi, korupsi, atau HAM, capres nomor 2 bermain pada narasi ideal normatif," jelas Ishaq.
Dia berpandangan, publik pemilih, termasuk di Sulsel, nampaknya belum menemukan inspirasi yang cukup untuk menilai keseriusan masing-masing capres dalam isu-isu tersebut.
"Apalagi, yang kita dengar semalam adalah komitmen personal, belum berkaitan dengan sistem pemerintahan yang kompleks," jelasnya.
Sedangkan, kaitan dengam visi-misi kandidat? Ishaq Rahman menuturkan, jikalau dilihat dari cara penyajian, publik patut mengakui bahwa Capres nomor 1 relatif unggul.
"Dia menyimpaikan gagasan secara sistematis dan runut," akuinya.
Sementara Capres nomor 2 ingin menunjukkan bahwa ia menguasai masalah Indonesia (dengan berbicara tentang kasus-kasus di berbagai daerah, dari Aceh hingga Papua).
Sementara Capres nomor 3 konsisten dengan dukungan terhadap keberlanjutan era Jokowi, dibungkus dengan semangat cinta tanah air dan nasionalisme, yang dia harapkan dapat menarik pemilih.