Islamophobia dan Hikmah Perang Hamas-Israel

  • Bagikan
Muhammad Ahsan Thamrin

Penulis: Muhammad Ahsan Thamrin

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah Islamophobia. Islamophobia merupakan suatu pandangan dan sikap yang mengandung prasangka, ketakutan, dan kebencian terhadap Islam dan orang-orang Islam baik yang dilakukan secara terbuka maupun tersembunyi.

Penganut Islamophobia umumnya mereka mengolok-olok Islam sebagai agama perang, agama penjajah, agama yang merendahkan wanita dan intoleran. Mereka menyebut pengikut Nabi Muhammad saw sebagai “radikal”, “ekstrem”, dan “teroris". Bahkan mereka tak jarang menghina Nabi Muhammad saw dalam berbagai bentuk dan ekspresi.

Istilah Islamophobia awalnya muncul di Barat dan telah lama berkembang yang kemudian dalam era modern ini menguat menjadi pandangan global setelah tragedi serangan teroris 11 September 2001 yang menghancurkan Gedung WTC di New York, Amerika Serikat. Pelaku teror yang dituduh itu adalah orang yang beragama Islam.

Bahwa yang paling berperan dalam membentuk opini dan persepsi masyarakat tentang wajah Islam yang buruk adalah media-media mainstream di Barat yang mayoritas memang dimiliki oleh orang-orang Yahudi Zionis yang juga menguasai sistem keuangan dunia.

Munculnya Islamophobia yang tidak terlepas dari rekayasa politik yang didesain oleh kalangan intelektual anti-Islam. Mereka mempelajari studi tentang Islam dan kemudian mencari apa saja kelemahan dan kesalahan yang pernah dilakukan oleh penguasa-penguasa Islam untuk kemudian dipropagandakan bahwa itu adalah ajaran Islam.

Mereka terkadang menafsirkan Al-Qur'an dan Hadis Nabi sesuai selera mereka untuk memperlihatkan keburukan Islam. Intinya mereka menjadikan Islam sebagai ancaman bagi masyarakat. Munculnya tesis benturan peradaban (clash of civilizations) dari Samuel Huntington yang menyebut bahwa pasca runtuhnya komunisme di uni soviet maka ancaman barat selanjutnya adalah datang dari dunia Islam adalah tidak terlepas dari ketakutan akan kekuatan Islam yang sesungguhnya.

Akibat propaganda Islamophobia ini banyak warga muslim yang hidup di negara-negara Eropa menghadapi ancaman, pembatasan, dan larangan karena mereka memandang Islam dan kaum muslim dengan penuh rasa benci, prasangka dan kecurigaan.

Islamophobia ternyata tidak hanya melanda mereka yang beragama non Islam, agnotis atau ateis, bahkan juga melanda pula mereka yang beragama Islam. Kelompok anti Islam atau Islamophobia ini tidak selalu terbuka menunjukkan kebenciannya terhadap islam tapi mereka menyelubungi dirinya dengan istilah paham toleransi, pluralisme, demokrasi, dan hak asasi manusia namun intinya mereka memandang Islam dan pemeluknya sebagai sumber masalah kekerasan, terorisme, dan intoleransi dengan tolok ukurnya sendiri.

Banyak hal yang menjadi akar dari munculnya Islamophobia di Barat. Pertama, hal ini tidak terlepas dari trauma sejarah umat Islam pernah melakukan ekspansi secara militer dan kemudian menguasai dan menundukkan barat (dalam sejarahnya memang banyak Kerajaan Islam mulai dari Dinasti Umayah, Abassiyah, Ustmani, dan Ottoman Turki yang melakukan perluasan wilayah). Tidak sedikit penguasa muslim atas nama penyebaran agama dan nafsu kekuasaan menggunakan agama Islam untuk propaganda kepentingan mereka.

Kedua, sejarah Perang Salib selama ratusan tahun antara umat Islam dan umat Kristen telah menimbulkan trauma tersendiri bagi masyarakat Kristen di Barat bahwa apabila Islam berkuasa kembali maka mereka akan dijajah atau akan dijadikan budak.

Ketiga, Islamophobia juga tidak terlepas dari persaingan penyebaran agama. Islam adalah agama yang terus berkembang pengikutnya di Barat dan ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Di Barat, jumlah gereja yang ditutup semakin banyak karena jemaahnya semakin berkurang. Jadi Islam dipersepsikan sebagai sebuah ancaman.

Keempat, Islamophobia semakin menguat pasca serangan teroris 11 September 2001 yang menghancurkan Gedung WTC di New York, AS, yang dituduh sebagai pelaku adalah kaum muslim. Munculnya kaum ekstremis yang melakukan teror di mana-mana seperti Al Qaeda dan ISIS semakin memperburuk citra Islam.

Maka sejak saat itu kaum muslim terutama di Barat, hidupnya semakin terancam. Banyak imigran muslim yang mau masuk ke negara-negara barat atau sudah lama tinggal dibarat dicurigai, dibenci dan tidak sedikit yang kemudian dipersekusi.

Bagi masyarakat Barat, terorisme identik dengan kaum muslim. Di Indonesia muncul Bom Bali 12 Oktober 2002 dan pelakunya kebetulan orang Islam. Pria yang memelihara jenggot dicurigai sehingga keluar larangan PNS tidak boleh memelihara jenggot.

Islamopobhia sebenarnya sudah muncul pertama kali di kalangan orang-orang Arab Quraisy di Mekah ketika Nabi Muhammad saw datang membawa Islam. Para aristokrat dan orang-orang kaya Mekkah mengkhawatirkan akan datangnya suatu kekuatan baru yang akan berkuasa, sehingga mereka menentang dan berusaha untuk menghalangi penyebaran agama Islam.

Mereka takut kehadiran Islam akan menghilangkan pengaruh kekuasaan dan kemapanan ekonomi. Itulah kemudian mereka menfitnah Nabi Muhammad saw sebagai tukang sihir dan mengingatkan masyarakat agar tidak mendekati Nabi Muhammad saw. Mereka juga tidak henti-hentinya menghalangi penyebaran agama Islam dengan melakukan serangan dan persekusi kepada kaum muslimin saat itu. Namun walaupun Islam semakin difitnah justru pengikutnya semakin bertambah banyak.

Dalam psikologi kognitif orang membenci fihak lain sebenarnya adalah karena ada perasaan kalah dan tidak mengetahui bagaimana cara untuk menang. Ajaran Islam tidak bisa ditandingi. Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam Semakin dipelajari semakin membuat orang terpesona dan tertarik.

Banyak orang barat yang akhirnya masuk Islam setelah mereka mempelajari Al-Qur'an bukan karena melihat perilaku kaum muslimin. Sejarah selalu berulang dan polanya tetap sama. Sejak dulu dan sekarang Islam adalah agama yang paling banyak difitnah. Mengapa mereka begitu takut dengan Islam ?

Karena Islam adalah agama yang tidak ada toleransi di dalamnya terhadap penindasan. Islam adalah agama yang paling getol ingin menerapkan moral manusia dan moral keluarga. Islam tidak pernah ingin berkompromi dengan penyimpangan moral di dalam masyarakat.

Kelompok orang-orang ini menggunakan segala cara propaganda melalui media-media agar masyarakat tetap berada dalam kondisi yang jauh dari nilai-nilai moral. Meskipun mereka tinggal pada tempat-tempat yang berbeda, tetapi ikatan antar mereka sangat kuat karena disatukan oleh bisnis kotor yang sama. media-media mainstream menggambarkan berbagai bentuk imoralitas itu sebagai modernitas, kemajuan dan kebebasan sehingga seakan-akan tidak berbahaya dan hal yang lumrah.

Mereka membenci orang-orang beriman yang berusaha menjaga moral masyarakat karena Ketika agama dianut oleh masyarakat maka penyimpangan moral itu hilang sepenuhnya dan bisnis-bisnis mereka juga tidak akan laku lagi.

Namun perang Hamas dan Israel ternyata membawa hikmah tersendiri bagi dakwah Islam. Masyarakat Barat yang selama ini Islamopobhia dan kemudian menyaksikan bagaimana ketegaran dan kesabaran warga Gaza yang beragama Islam membuat mereka penasaran dengan sikap dan nilai-nilai hidup yang dianut oleh penduduk Gaza.

Mereka tidak habis pikir bagaimana kaum muslim Gaza pria, wanita, dan anak-anak tetap tegar, sabar, tidak mengeluh, tidak keluar caci maki dari lisan padahal nyawa mereka tiap hari terancam karena terus menerus di serang dengan bom.

Mereka juga terancam kelaparan dan kekurangan air minum karena fasilitas publik dan rumah-rumah mereka dihancurkan. Dari mana mereka mempelajari ketegaran dan kesabaran ini. Inilah yang membuat mereka kemudian tertarik untuk mempelajari alquran, kitab suci pedoman hidup umat Islam.

Pandangan mereka terhadap Islam kemudian berubah 180 derajat. Mereka akhirnya mengetahui rahasia sumber kesabaran dan ketegaran muslim Gaza Itu ternyata adalah ajaran Al-Qur'an. Banyak di antara mereka yang setelah mempelajari Al-Qur'an dan Islam kemudian memutuskan masuk Islam. Membaca Al-Qur'an membuat hati mereka mengalami kedamaian.

Banyak masyarakat barat yang memiliki prasangka buruk tentang Islam karena sejak kecil mereka sudah diberikan informasi bahwa Islam itu jahat, buruk dan sebagainya. Mereka tidak memahami bahwa Islam datang dengan membawa kedamaian, keadilan dan penegakan aturan yang diharapkan akan membawa ke dalam tatanan masyarakat yang lebih baik.

Islam berasal dari kata “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Islam adalah agama yang mengajak manusia untuk menyembah hanya kepada satu Tuhan selaku pencipta alam semesta, mengajarkan keyakinan bahwa semua perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di hari akhirat dan oleh karena itu yang selamat hanyalah mereka yang hidup dengan nilai-nilai kebajikan. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version