MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Selatan (Sulsel) akan ngos-ngosan menghadapi Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024. Cakupan pemilih yang luas menjadi salah satu faktornya. Para calon Senator harus kerja keras menyasar 24 kabupaten/kota di Sulsel.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri telah mengumumkan 18 Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota Dewan Pimpinan Daerah (DPD) RI Dapil Sulsel. Mereka akan berebut empat kursi senator dari Sulsel.
Dari 18 nama itu, ada tiga nama petahana. Masing-masing Tamsil Linrung, Andi Muh Ihsan, dan Lily Amelia Salurapa.
Calon anggota DPD RI, Yusran Paris mengaku belum mampu menyasar 24 kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Selatan.
Untuk daerah yang belum dikunjungi yakni Luwu Raya, Toraja dan Kepulauan Selayar. "Mungkin Januari baru kami kunjungi semuanya," ujarnya.
"Tapi alhamdulilah secara pribadi saya terus bergerak karena tagline saya bergerak bersama daerah, jadi saya harus mengunjungi semua daerah-daerah bertemu para tokoh masyarakat, jaringan dan relawan. Alhamdulillah sudah 60 persen lebih daerah yang saya datangi," katanya.
Sebagai mantan anggota DPRD Sulsel, dirinya berupaya untuk meyakinkan masyarakat dengan pengalamannya di parlemen selama dua periode. "Tentu jika nanti kami diberikan amanah sebagai anggota DPD kami akan menjalankan kapasitas kami sebagai anggota DPD," ujarnya.
Untuk bisa mendulang suara, sebagai kandidat Senator pasti memiliki jaringan tersendiri, apalagi kata dia memiliki latar belakang pendidikan dan pengusaha. "Tentu dengan jaringan ini kami akan manfaatkan dengan baik," jelasnya.
Calon Senator lainnya, Elly Ochar mengaku, sebagai calon Senator harus memiliki jaringan di 24 kabupaten/kota. "Dan saya sudah miliki karena telah mendapat dukungan dari organisasi Muhammadiyah dan itu tersebar di 24 kabupaten/kota di Sulsel. Dengan adanya dukungan full dari Muhammadiyah saya yakin bisa meraih suara. Karena tanpa itu saya tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Muhammadiyah," ujarnya.
Bahkan dirinya yakin bisa duduk sebagai anggota Senator karena saat ini tidak ada kader Muhammadiyah yang maju sebagai kandidat DPD kecuali dirinya. Bahkan dirinya sudah memiliki target hingga 700 ribu suara.
"Berapa perolehan suara saya nantinya maka segitulah besarnya Muhammadiyah di Sulawesi Selatan karena satu-satunya yang direkomendasi oleh Muhammadiyah Sulsel," singkatnya.
Sementara itu, pengamat politik Universitas Hasanuddin, Rizal Fauzi mengatakan, pola kampanye yang dimainkan oleh calon anggota DPD adalah menggunakan jaringan organisasi serta kekuatan popularitas kandidatnya sendiri.
"Sebut saja ada jaringan organisasi kemasyarakatan, jaringan parpol, jaringan kedaerahan sehingga pola komunikasi dan kampanye calon DPD sekarang itu lebih ke jaringan organisasinya," ujarnya.
Namun kata dia sebagai masyarakat paling bawah masih kurang mengetahui kandidat DPD karena pertarungan calon Senator yang sepi karena porsi kekuasaan DPD di pemerintahan yang masih kurang.
"Masalah utamanya adalah posisi utamanya kita di Indonesia sebagaimana sistem di parlemen itu belum mendapatkan porsi kekuasaan yang cukup besar, sehingga posisi DPD itu belum memiliki nilai tawar yang kuat," ujarnya.
Namun dirinya menekankan kepada masyarakat untuk Pemilu 2024 nanti memilih calon anggota DPD RI dengan melihat rekam jejak figurnya. "Itu penting untuk edukasi kepada masyarakat memilih DPD berdasarkan kualitas, berdasarkan track record figurnya bukan sekedar memilih karena ormas tertentu," jelasnya.
Pengamat politik Unhas lainnya, Prof Sukri Tamma menilai, pada dasarnya untuk konteks DPD, petahana cukup diunggulkan. Sebab, mereka sudah punya basis merata di 24 kabupaten/kota. Berbeda halnya dengan DPR, yang dibagi berdasarkan dapil tertentu.
"DPD kan satu Sulsel, merata di 24 kabupaten/kota. Dalam konteks ini tentu petahana selangkah lebih maju, karena basisnya jelas. Mereka tidak ada istilah ganti dapil lagi karena ruang geraknya jelas, seluruh Sulsel,” ujar dia. (Fahrullah/C)