MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Calon anggota legislatif (caleg) Partai Buruh untuk daerah pemilihan (Dapil) Sulsel I (Makassar A) dan Sulsel II (Makassar B) sangat minim, namun percaya diri bisa meraih kursi pada pesta demokrasi 2024 mendatang.
Di Makassar A meliputi Kecamatan Mariso, Mamajang, Makassar, Ujung Pandang, Wajo, Bontoala, Tallo, Ujung Tanah, Tamalate, Rappocini, Kepulauan Sangkarrang hanya diisi tiga orang yakni, Nurlina, Ade Resiadi dan Asdita Rizki Rahmaliah.
Sementara di Makassar B, melingkupi Panakkukang, Biringkanaya, Manggala, Tamalanrea hanya ada Taufik dan Asniati.
Ketua Exco Partai Buruh Sulsel, Akhmad Rianto mengatakan, lima caleg mereka di dua dapil tersebut diminta untuk bekerja agar suara partai lebih banyak dengan melakukan kerja-kerja politik bersama caleg DPRD Kota Makassar.
"Kita hanya ingin memaksimalkan suara partai," ungkapnya kepada Harian Rakyat Sulsel, Kamis (28/12/2023).
Dirinya membeberkan, kampanye dia lakukan bukan menggunakan sistem konvensional saja dengan cara menyebar alat peraga kampanye, tetapi door to door.
"Caleg kota bersama provinsi dan DPR RI bekerja saling gotong royong, jadi tidak ada persaingan di internal karena focus kami bagaimana bisa meraih sebanyak-banyak suara yang nantinya bisa dikonversi menjadi kursi," ujarnya.
Jika ini ditimbulkan kerja-kerja politik di Kota Makassar dari lima dapil, itu juga bisa berefek pada partai di tingkat Provinsi.
"Kalau kita bisa meraih lima kursi di Makassar dan suaranya partai untuk DPRD Makassar sama dengan provinsi kami yakin bisa meraih satu kursi di Makassar maupun Makassar B," ucapnya.
Akhmad Rianto mengemukakan, walau di Makassar A ada sembilan caleg dibutuhkan dan Makassar B ada enam caleg tapi hanya dua sampai tiga orang saja bekerja itu sia-sia.
"Bisa sembilan terpenuhi tapi ada caleg tempelan saja dan tidak bekerja itu sama saja. Saya tidak mau sebutkan partainya walau dia full tapi hanya dua, tiga orang saja bekerja yang lain tidak. Apa bedanya dengan kami yang 3 orang tapi bekerja semua," tuturnya.
Dengan kerja-kerjanya dia berupaya bagaimana bisa meraih 1 kursi di Makassar A maupun Makassar B. "Pastinya kami berharap bisa mendapatkan 1 kursi setiap Dapil," lanjutnya.
Akhmad Rianto mengakui Partai Buruh bukanlah partai elit, yang bisa menyelesaikan berbagai persoalan dengan uang. Itu juga alasannya, arah perjuangannya lebih menyentuh kaum proletar.
Kalangan ini mencakup kaum buruh, masyarakat miskin kota, petani, nelayan, kaum disabilitas, perempuan dan banyak lagi. Meski begitu, mereka tetap yakin bisa mendudukkan kadernya di parlemen, sebagai representasi perjuangan hak-hak masyarakat kelas bawah.
"Basis kami bukan cuma buruh. Segmen kami juga mencakup petani, miskin kota, kelompok disabilitas, perempuan, nelayan, semua kelas bawah. Tapi kami sudah lakukan bimtek, instruksinya langsung turun ke bawah, bersama masyarakat. Kami kan bukan kelas elit," bebernya.
Dia pun mengungkapkan, kader-kader Partai Buruh belum punya pengalaman memimpin daerah atau memegang kendali peraturan melalui legislatif. Mereka semua masih belajar, dan bekerja berdasarkan semangat masyarakat kecil.
"Kami ini kan tidak punya pengalaman menjadi politisi. Kami hanya mendengar saran dan masukan masyarakat, bergotong royong, dan bergerak sesuai dengan kebutuhan masyarakat," ucapnya.
Namun Partai Buruh sebenarnya punya mimpi besar, membawa Indonesia menjadi negara sejahtera. Itulah yang coba mereka wujudkan melalui perjuangannya saat ini, dengan mengusung tekad berpolitik tanpa money politic.