MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto memberi motivasi kepada siswa Taruna Nusantara agar menjadi seorang pemimpin yang mampu bekerja dalam badai.
Dengan begitu semua persoalan dapat teratasi dengan baik. Apalagi selama memimpin Makassar, ia bilang, masalah datang bahkan tiap detik.
"Masalah itu tiap detik ada. Tetapi kata kuncinya jadilah pemimpin yang bisa bekerja dalam badai," kata Ramdhan Pomanto menjawab pertanyaan siswa Taruna Nusantara dalam pertemuan wawancara wali kota Makassar oleh siswa Taruna Nusantara sebagai Tokoh Inspiratif di Rujab Wali Kota, Rabu (3/1).
Pun dia menambahkan saat dalam badai seorang pemimpin mesti memiliki payung agar bisa berjalan di tengah badai meski tak bisa menghentikan badai tersebut.
Disinggung perihal karir politiknya, secara blak-blakan, ia katakan dirinya bukan berasal dari keluarga politisi, orang kaya atau bahkan keluarga bangsawan. Sebaliknya hanya lahir di lorong sempit sehingga dikenal sebagai ikon Ana' Lorongna Makassar.
Awalnya, kisah Danny, dia tidak punya cita-cita menjadi politisi hingga menemukan kata-kata bijak dari dua pemimpin dunia, yakni Ali Bin Abi Thalib dan Erdogan.
Pria berlatar pendidikan arsitektur ini mengaku kedua pemimpin itu memberikan pandangan agar jangan sampai dunia kepemimpinan dipimpin oleh orang-orang jahat.
Sebaliknya harus dinahkodai oleh orang-orang baik sehingga menghasilkan kebijakan yang baik pula kepada seluruh masyarakat.
Hal ini pun sejalan dengan cita-citanya yang ditanamkan oleh kedua orangtuanya agar menjadi manusia yang dicintai semua orang dan mati masuk surga.
Ternyata melalui cita-cita itu secara politis memiliki banyak followers sehingga menjadikannya seorang pemimpin. "Itulah bentuk jariyah kita di dunia dan di akhirat," ucapnya.
Terakhir, ia berpesan agar para siswa terus berusaha menjadi atau mencari pemimpin yang masuk dalam kategori seorang negarawan hingga pemimpin peradaban. Lantaran dalam pandangannya, Danny mengklasifikasikan ada empat kategori pemimpin.
Pertama, pemimpin proyek. Kedua, pemimpin politik, pemimpin negarawan, dan pemimpin peradaban. Pemimpin proyek hanya memikirkan satu tahun jabatannya, pemimpin politik hanya memikirkan lima tahun kekuasaannya sedangkan negarawan memikirkan masa depan negaranya hingga 25 tahun.
Sedangkan, pemimpin peradaban memikirkan masa depan negaranya lebih jauh lagi, melebihi batas umurnya.
"Jadi pilih lah paling baik yakni sosok negarawan dan tentunya sosok pemimpin peradaban yang jangkauan pikirannya mencapai 100 tahun ke depan," sarannya kepada para siswa Taruna Nusantara. (Shasa/B)