MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pengambilan keputusan penghentian operasi koridor tiga dan empat Teman Bus Trans Mamminasata sudah melewati tiga tahap Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan seluruh stakeholder baik Akademi hingga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Sulsel, Bahar Latif menyampaikan, berdasarkan hasil koordinasi yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat, beberapa solusi dan terobosan telah dilakukan untuk meningkatkan load factor koridor tiga dan empat teman bus.
Kata dia, Load factor itu sendiri adalah besaran yang menyatakan tingkat kepenuh-sesakan (kejenuhan jumlah penumpang) di dalam angkutan umum pada zona tertentu).
“Namun karena low factor yang belum mencapai selama hampir 2 tahun, makanya kami tarik dua koridor itu, saat ini low factornya itu belum sesuai harapan” bebernya.
Ia mengutarakan, untuk 34 bus copotan koridor tiga dan empat itu akan dioperasikan di Balikpapan.
“Itu dua koridor dipindahkan ke IKN di Balikpapan. Karena disana sangat membutuhkan juga untuk tahap awal,” bebernya.
Penempatan rute yang tepat untuk angkutan umum termasuk Teman Bus Mamminasata merupakan kunci untuk memastikan Load Factor angkutan tercapai sesuai harapan.
Hal itu disampaikan Pengamat Transportasi UIN Alauddin Makassar, Nursyam AS saat dikonfirmasi, Minggu (7/1/2024).
Kata dia, mestinya angkutan umum seperti teman bus lebih diproyeksikan di jalur utama yang sudah dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti halte dan memperhatikan tingkat kepadatan aktivitas di sekitar rute yang bakal dilalui, pasalnya masyarakat akan memperhatikan efisiensi mobilisasi ketika akan bekerja atau apapun itu.
Menurut dia, rendahnya load factor tersebut karena disebabkan oleh minat masyarakat menggunakan jasa angkutan umum juga rendah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketepatan waktu, biaya, jalur yang tidak sesuai yang diinginkan oleh masyarakat pengguna dan lain sebagainya.
Selain itu, fasilitas dan kenyaman halte tempat berhenti juga harus menjadi perhatian, sebab hal itu juga menjadi faktor angkutan umum diminati oleh masyarakat, pun dengan penempatan dan jumlah yang disesuaikan dengan kajian.
“Penetapan trayek angkutan bus BRT selama ini belum berbasis pada hasil survei atau penelitian sebelumnya. Ketiadaan informasi mengenai potensi bangkitan dan tarikan pergerakan sulit melakukan estimasi terhadap load factor kendaraan pada saat beroperasi. Akibatnya, akan menghasilkan penutupan trayek atau pengalihan ke jalur trayek lainnya,” pungkasnya. (Abu Hamzah/B)