Romantisme Pilpres

  • Bagikan
Aminuddin Ilmar.

Perhelatan Pemilihan presiden sudah berjalan melalui tahapan kampanye dan debat calon presiden dan wakil presiden. Apa yang bisa ditanggapi terkait dengan tahapan pemilihan presiden dan wakil presiden tersebut sejatinya terkait dengan dua hal utama yakni, penyampaian visi dan misi calon presiden dan wakil presiden untuk lima tahun ke depan.

Kedua, bagaimana visi dan misi tersebut bisa dijabarkan dan dijalankan oleh presiden dan wakil presiden terpilih. Kedua hal tersebut sepertinya belum tersampaikan dengan baik, sehingga esensi dasar Pemilihan presiden dan wakil presiden yakni, bagaimana melanjutkan pemerintahan dan pembangunan menuju Indonesia emas 2045 kurang terjelaskan dan terpahami sama sekali oleh rakyat sebagai pemilih.

Padahal, kita berharap setiap program yang akan dijalankan oleh masing-masing calon presiden dan wakil presiden kalau terjelaskan dengan baik tentu akan memberi pemahaman kepada rakyat pemilih untuk bisa menetapkan pilihannya dengan tepat. Selain itu, rakyat pemilih juga bisa tercerahkan dengan melihat, bahwa apakah program yang akan dijalankan oleh masing-masing calon presiden dan wakil presiden bersesuaian dengan apa yang menjadi tujuan dasar berbangsa dan bernegara yakni, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Jangan sampai program yang akan dijalankan oleh masing-masing calon presiden dan wakil justru hanya memberi janji-janji manis saja. Bukan hal yang mendasar untuk bisa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, minimal bisa mengurangi dan atau bahkan memberantas kemiskinan rakyat.

Kita juga berharap bahwa dalam kampanye dan debat yang berlangsung rakyat bisa melihat seperti apa kapasitas dan kompetensi calon pemimpin pemerintahan, dalam hal ini calon presiden dan wakil presiden untuk mengurai dan menjelaskan apa yang akan dilakukan kalau terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.

Bukan hasıl pencitraan yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga rakyat pemilih hanya disuguhkan berbagai drama yang hanya menggiring perasaan rakyat pemilih saja. Pasangan calon presiden dan wakil presiden seharusnya mendidik rakyat pemilih untuk bersikap secara rasional tentunya dengan memberi penjelasan mengapa program itu yang ditawarkan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Sepertinya tahapan pemilihan presiden dan wakil presiden lebih banyak diwarnai sikap romantisme tidak hanya oleh tim pemenangan masing-masing calon presiden dan wakil presiden melalui berbagai slogan yang sepenuhnya belum terjelaskan dan terpahami dengan baik oleh rakyat pemilih. Bahkan, sepertinya dari hasıl debat banyak diwarnai kesedihan oleh karena sebagian pendukung salah satu pasangan calon merasa dizalimi dengan menyerang personal pribadi kandidatnya.

Seharusnya, itu tidak perlu terjadi dalam masa pemilihan presiden dan wakil presiden sekarang ini, oleh karena kita sudah berada dalam masa demokrasi dan kemajuan teknologi informasi yang sedemikian pesat, akan tetapi ternyata praktiknya masih tetap sama dengan praktik pelaksanaan Pemilihan presiden dan wakil presiden sebelumnya dengan masih menggugah perasaan pemilih untuk memilih calonnya.

Sebagian besar rakyat pemilih kita masih terbawa pada perasaan untuk menentukan siapa calon yang diinginkan untuk dipilih. Ada yang terbawa pilihan pada ketegasan calon dan ada juga pada kecerdasan serta pada kedekatan dengan rakyat. Siapapun yang terpilih dan apapun pilihan yang akan dilakukan seyogyanya bisa melihat pada apa yang akan dilakukan dan dikerjakan oleh masing-masing calon, apakah program yang ditawarkan itu bisa dilakukan dengan melihat potensi, kemampuan sumber daya yang ada dan kita miliki serta kemampuan anggaran yang tercukupi. Bukan dengan romantisme pilihan yang bergantung pada perasaan rakyat pemilih. (*)

Oleh: Aminuddin Ilmar
Pakar Hukum Unhas

  • Bagikan

Exit mobile version