JAKARTA, RAKYATSULSEL - Harga minyak mentah dunia sedikit melemah pada hari Senin atau Selasa (16/1) pagi waktu Indonesia, karena dampak konflik Timur Tengah. Konflik ini mendorong aksi ambil untung setelah benchmark minyak naik 2 persen pada minggu lalu.
Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent turun 14 sen, atau sekitar 0,2 persen, menjadi USD 78,15 per barel. Harga acuan West Texas Intermediate AS turun 18 sen, atau sekitar 0,3 persen, pada USD 72,50 pada pukul 15.13 EST. Kedua harga minyak acuan turun lebih dari USD 1 per barel di awal sesi.
Pada masa konflik, beberapa pemilik kapal tanker menghindari Laut Merah dan beberapa kapal tanker mengubah arah setelah AS dan Inggris melancarkan serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman.
Serangan dilakukan setelah kelompok yang bersekutu dengan Iran terhadap kapal-kapal sebagai tanggapan terhadap perang Israel melawan Hamas di Gaza.
Konflik tersebut juga menghambat setidaknya empat kapal tanker gas alam cair yang melakukan perjalanan di wilayah tersebut.
"Realisasi bahwa pasokan minyak tidak terkena dampak buruk menyebabkan pembeli mengambil keuntungan pada minggu lalu, dan penurunan ini agak diperburuk oleh dolar yang sedikit lebih kuat," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
Kepala perunding Houthi Yaman pada hari Senin (15/1) memperingatkan bahwa serangan terhadap kapal-kapal yang menuju Israel akan terus berlanjut.
Militer AS dalam sebuah unggahan di platform media sosial X mengatakan, sebuah rudal balistik anti-kapal yang ditembakkan oleh militan Houthi menghantam kapal kontainer berbendera Kepulauan Marshall, milik dan dioperasikan AS.
Sejauh ini tidak ada kehilangan pasokan minyak, namun gangguan pengiriman secara tidak langsung memperketat pasar dengan menahan 35 juta barel di laut karena perjalanan yang lebih jauh yang harus dilakukan oleh pengirim barang untuk menghindari Laut Merah.
Di Libya, masyarakat yang memprotes dugaan korupsi mengancam akan menutup dua fasilitas minyak dan gas lagi setelah menutup ladang Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari pada 7 Januari.
AS dan Kanada sedang menghadapi cuaca dingin yang menghambat produksi minyak. Produksi minyak Dakota Utara telah turun 400.000-425.000 barel per hari karena cuaca dingin ekstrem dan masalah operasional terkait.
“Cuaca dingin berdampak pada produksi, namun (harga) tampaknya turun karena persepsi bahwa cuaca dingin ini akan segera berakhir,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago. (JP)