MAKASSAR, RAKYATSULSEL- Musim penghujan tentu tak lepas dari kewaspadaan banjir, salah satu mitigasinya ialah pengoptimalan saluran air “Gorong-gorong” di setiap wilayah, harus diperhatikan.
Diketahui, untuk saluran air itu terbagi atas tiga, yaitu saluran Primer, Sekunder dan Tersier.
Koordinator Posko Induk Satuan Tugas Bencana Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ) Muhammad Firdaus menyampaikan, untuk jaringan drainase utama pengelolaannya adalah tanggung jawab pihaknya.
Hanya saja, hal yang perlu diperhatikan bersama ialah koneksi antar saluran air bisa lancar dan baik agar bisa membawa air pada saluran utama, terutama di Kota Makassar.
"Perlu kita cek sama-sama untuk melihat penyebab air tidak atau tidak lancar pada saluran sekunder dan tersier, air tidak keluar itu di mana. Baru bisa cari solusinya bagaimana," tuturnya, Jumat (19/1/2024).
Untuk memastikan kelancaran aliran air kata dia, pihaknya sudah melakukan normalisasi kanal untuk siap menampung air hujan yang jatuh. Di Kota Makassar terdapat tiga kanal yakni Kanal Pannampu, Kanal Sinrijala dan Kanal Jongaya.
"Kanal Pannampu mulai dari Sungai Saddang Baru sampai ke Paotere. Kanal Jongaya dari Sungai Saddang Baru juga, mengarah ke selatan keluarnya ke Jl Metro Tanjung Bunga. Kalau Kanal Sinrijala dari Sungai Saddang Baru ke arah Sungai Pampang di belakang Unibos," ujar Firdaus.
Ia melanjutkan, ada saluran Pampang, saluran Perumnas dan saluran Gowa. Itu bermuara pada waduk tunggu Pampang yang terkoneksi ke Sungai Pampang hingga Sungai Tallo. "Itu menjadi tanggung jawab kami untuk membersihkan," ungkapnya.
Ia menjelaskan, kanal merupakan wadah terakhir sebagai penerima seluruh material baik air, sampah hingga sedimen dari saluran Tersier dan Sekunder. Oleh karena itu, banjir di kota bisa jadi karena ada penyumbatan, penyempitan saluran, hingga tidak terkoneksinya dua saluran tersebut ke saluran utama.
"Kecuali misalnya kanal sudah full dengan air, hujan yang turun ke bumi itu kita sudah tidak mampu menampungnya lagi apalagi bersamaan dengan air laut pasang itu akan menghambat juga turunnya debit atau air muka air," terangnya.
Untuk meminimalisasi luapan air kanal ketika musim hujan, BBWSPJ ketusnya, juga membangun tanggul-tanggul di beberapa saluran utama. Misalnya di Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang. Ia mengaku harus ada perhatian dari pemerintah pusat untuk menganggarkan pembangunan tanggul secara masif.
"Kita pilih titik-titik yang sangat krusial dulu supaya tidak terjadi luapan lagi. Fungsi tanggul itu bagaimana kita mengamankan pemukiman di sekitarnya, karena butuh biaya yang sangat besar," pungkasnya. (Abu/B)