MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) berhasil melakukan pendampingan terhadap Perempuan dan Generasi Muda Pengelola Perhutanan Sosial (PGMPPS). Pasalnya, kurang lebih setahun mereka sukses menghasilkan berbagai produk yang bisa dipasarkan ke berbagai daerah bahkan mancanegara. Sebut saja gula aren semut, madu hutan, kopi dan handicraft anyaman mampu dihasilkan
Ini pula yang dilirik PT Golata, Apindo, Yayasan LP2M Pare-pare, Perseroda dan forum CSR dan diwujudkan melalui Memorandum of Understanding (MoU) dalam gelaran Temu Regional bertajuk "Memperkuat Dukungan dan Kolaborasi Para Pihak Bagi Pengembangan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Perempuan dan Generasi Muda Sulawesi Selatan" di Hotel Almadera Makassar, Kamis (25/1/2023).
Direktur Pilar Nusantara (Pinus), Syamsuddin Awing menjelaskan kegiatan ini melibatkan regional PGMPPS serta kolaborasi melibatkan beberapa daerah dan pemerintah serta lembaga mitra .
Dalam kegiatan ini, beberapa KUPS terlibat seperti dari Bulukumba, Sinjai, Enrekang, Maros, Toraja serta women champion yang berasal dari daerah.
"Kenapa ini penting karena ini tidak terlepas dari kondisi sekarang. Contohnya bencana alam, kerusakan ekologi, kebakaran terjadi secara drastis dan itu fatal Bagi kehidupan.,"ucapnya
Menurut Awing, keberadaan KUPS untuk menjaga hutan sangatlah bermanfaat terlebih jika potensi hutan yang luar biasa juga digarap.
"Jika dimanfaatkan secara maksimal, maka masyarakat akan sejahtera. Pinus yan lg mendampingi selama 1 tahun awalnya memproduksi secara manual. Bahkan mereka memasak dan menggunakan plastik yang tidak higenis. Dari itu kita edukasi dan mapping kebutuhan kelompok," Jelasnya
Ketua KUPS Desa Bonto Manurung Maros, Sarmila merasakan betul dampak positif dari pendampingan. Menurutnya produksi gula semut yang dikerjakannya bisa meningkat 100 kilo perbulan.
Sementara Pendamping KUPS, Riska menyampaikan kesulitan pendamping ada para stereotipe masyarakat yang selalu berpandangan bahwa perempuan hanya bisa bekerja di dapur.
"Peran kami ada tiga, mendorong dari penganggaran, melalu lintas urusan dan mendorong hutan adat agar verifikasi selesai," pungkasnya.
Sementara, Direktur Tata kelola lingkungan hidup, Alam Surya putra mengatakan saat ini pihaknya terus mendukung keterlibatan perempuan dalam pengelolaan kehutanan sosial di Indonesia. Sulsel sendiri memiliki potensi besar. Sudah banyak mengurus izin pengelolaan hutan dikembangkan.
Di Maros saja 39 -48 izin yang dikeluarkan. Perempuan memiliki akses produk di pasar. "Harapannya semakin banyak akses pasar, dengan Pupuk dan Pinus juga memikirkan akses pendanaan. tutupnya. (B)