MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Wacana Pemakzulan Presiden Joko Widodo, yang diduga diinisiasi oleh kelompok sipil yang menamakan diri mereka sebagai petisi 100, mendapatkan respons dari akademisi dan mahasiswa di Makassar.
Respon ini terlihat dalam dialog interaktif yang diadakan oleh Komunitas Pemuda dan Mahasiswa di Makassar yang membahas tentang wacana pemakzulan di tahun politik: "Antara Propaganda dan Orientasi Kekuasaan," Jumat (2/2/2024) petang.
Sebagai narasumber, hadir Dr. Arief Wicaksono sebagai akademisi dan pengamat politik, serta Taqwa Bahar selaku Wakil Ketua Pemuda ICMI Sulsel yang mewakili unsur Pemuda.
Dalam pemaparannya, Arief Wicaksono menyatakan bahwa Wacana Pemakzulan tersebut digerakkan oleh kelompok tertentu dan mungkin merupakan bagian dari skenario politik yang menguntungkan pihak yang berkepentingan.
"Jika hal ini benar-benar dilakukan, maka bisa jadi ada kepentingan politik yang dapat berpengaruh terhadap stabilitas politik dan keamanan, bahkan berpotensi menyebabkan kekacauan," ucap Arief, yang juga merupakan Dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa.
Lebih lanjut, Arief meminta kepada mahasiswa agar tidak mudah terpengaruh oleh opini pemakzulan. Menurutnya, mahasiswa memiliki peran untuk memilah gerakan yang murni untuk kepentingan bangsa dan gerakan yang berorientasi pada kekuasaan.
Pandangan yang senada dengan Arief disampaikan oleh aktivis dan tokoh pemuda, Taqwa Bahar. Menurutnya, gerakan yang dilakukan oleh petisi 100 bukanlah gerakan moral, melainkan gerakan propaganda politik.
"Saya menilai demikian karena gerakan ini muncul di tahun politik. Jika gerakan tersebut murni gerakan moral, seharusnya dilakukan jauh sebelum proses pergantian kepemimpinan nasional berlangsung," jelas Taqwa Bahar.
Taqwa menambahkan bahwa gerakan pemakzulan yang digaungkan saat ini sarat dengan muatan politik, terutama dengan munculnya nama Faisal Assegaff yang sering mengkritik pemerintah dengan narasi provokatif.
"Dugaan bahwa kelompok yang mewacanakan gerakan pemakzulan terafiliasi dengan calon presiden tertentu. Sebagai aktivis, kami menolak dan menyebutnya sebagai gerakan propaganda yang dilakukan dengan cara yang tidak etis," tegas Taqwa Bahar.
Kegiatan dialog tersebut ditutup dengan deklarasi penolakan terhadap wacana Pemakzulan, dengan menyampaikan pernyataan sikap berikut:
Kami Pemuda dan Mahasiswa :
- Menolak Wacana Pemakzulan karena dapat memicu terjadinya perpecahan bangsa
- Siap ikut serta menjaga kedamaian dan ketentraman di tahun politik 2024.
(Yadi/B)