MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Debat kelima calon presiden telah usai, dan suasana debat kali ini terbilang adem tanpa banyak pertentangan di antara ketiga capres. Mereka membahas tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, hingga Sumber Daya Manusia dan Inklusi.
Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan, tampil cenderung kalem dan tidak agresif, berbeda dengan debat-debat sebelumnya. Capres nomor urut 01 Anies Baswedan dan capres nomor urut 2 Ganjar Pranowo kompak mengkritik bantuan sosial (bansos) yang diberikan pada era pemerintahan Presiden Jokowi, merespons pertanyaan dari Capres 03, Ganjar Pranowo.
Salah satu sorotan adalah kritik Anies terhadap bansos, menyatakan bahwa bansos seharusnya difokuskan untuk memberikan manfaat bagi yang menerima, bukan yang memberi.
Dia juga menyindir pendidikan di Indonesia, menekankan perlunya negara berinvestasi lebih banyak ke pendidikan dan guru.
Bagaimana tanggapan akademisi terhadap debat kali ini dan apakah dapat mempengaruhi elektabilitas capres-cawapres di mata pemilih?
Pengamat Politik Hubungan Internasional (HI) Unhas Makassar, Ishaq Rahman, menyatakan bahwa debat terakhir ini berlangsung anti klimaks. Harapan akan adanya diskusi dan adu gagasan tampak pupus.
"Debat calon pemimpin bangsa lima tahun ke depan ini seperti sarasehan: semua Capres saling mendukung, saling setuju," ujarnya.