"Dalam gerakan sosial, itu merupakan perlawanan balik dengan kekerasan verbal, tidak dengan cara yang setara dengan metode akademis maupun produksi konten media. Ini tidak mendidik dan tidak sehat dalam kultur politik," ujarnya.
Siapa yang membuat film Dirty Vote?
Film ini disusun oleh rumah produksi Watchdoc Documentary, yang didirikan oleh dua jurnalis: Dandhy Dwi Laksono dan Andhy Panca Kurniawan.
Selama 14 tahun terakhir, mereka telah membuat ratusan judul film dokumenter, antara lain Sexy Killers yang mengupas bisnis batu bara dan The Endgame yang berkisah tentang polemik Tes Wawasan Kebangsaan KPK.
Pada Agustus 2021, peran Watchdoc dalam kehidupan sosial dan politik Indonesia melalui film dianugerahi Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang kerap disebut sebagai 'Nobel versi Asia'.
Ramon Magsaysay Award pernah diberikan kepada Dalai Lama pada 1958, Bunda Teresa (1962), Gus Dur (1993), Pramoedya Ananta Toer (1995) dan KPK (2013).
Dalam membuat Dirty Vote, Watchdoc berkolaborasi dengan sejumlah kelompok masyarakat sipil seperti Indonesia Corruption Watch, Greenpeace Indonesia, Jaringan Anti Tambang, dan Aliansi Jurnalis Independen.
Dandhy Laksono, dalam penuturannya yang tayang di kanal Youtube Indonesia Baru, menyebut sejumlah hal yang mendorong dirinya membuat film Dirty Vote. Salah satunya adalah persidangan di Mahkamah Konstitusi yang menurunkan syarat umur calon wakil presiden.