Masuk lebih dalam, kelenteng itu terasa keindahan arsitektur. Apalagi, langit pada Sabtu (10/2) begitu cerah. Biru, dipadu dengan gumpalan awan yang menambah estetika bangunan kelenteng.
Seolah terbawa ke era masa lalu, kelenteng itu membuat pengunjung seperti masuk ke mesin waktu. Ada taman dan beberapa altar pemujaan, umat khusyuk beribadah di Tahun Naga Kayu ini.
Awal mulanya, kelenteng itu dibangun seorang saudagar Tionghoa bernama Lim Tau Koen untuk kebutuhan pemujaan para saudagar Tionghoa yang datang ke Nusantara. Sekaligus sebagai tempat meletakkan patung Dewa Bumi (Kim Sin Khongco Hok Tek Tjeng Sin) yang dibawa Kaufmann dari Banten.
Boen San Bio secara harfiah berarti kebajikan setinggi gunung. Boen San Bio, yang sekarang menjulang megah di area seluas 4.650 meter persegi itu, awalnya seluruh bangunan terbuat dari bambu dan kayu, dengan dinding terbuat dari gedek sementara, sedangkan atapnya terbuat dari daun rumbia.
Hal menarik lain dari kelenteng itu adalah petilasan tokoh yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Yakni Raden Surya Kencana dan istrinya. Mulanya, petilasan asli berada di bagian depan kelenteng. Hingga karena bagian depan kelenteng terkena pelebaran jalan, Petilasan Raden Surya Kencana dipindahkan ke bagian dalam.
Kehadiran Kelenteng Boen San Bio juga menjadi simbol keberagaman dan toleransi beragama. Hal dapat dilihat saat Tahun Baru Imlek ini. Ada beberapa pengunjung muslim dan muslimah yang mengenakan hijab berkunjung ke tempat ini dan disambut baik para penjaga serta pengurus wihara.
Karena yang datang ke kelenteng tidak hanya umat kelenteng saja untuk sembahyang di petilasan tersebut, tetapi juga banyak umat Islam yang datang ke Kelenteng Boen San Bio untuk berziarah ke Petilasan Raden Surya Kencana dan istrinya.
Setiap hari besar agama Islam, Yayasan Vihara Nimmala juga selalu mengadakan syukuran. Pada 1972, Yayasan Vihara Nimmala Boen San Bio resmi didirikan dan berjalan hingga kini.
Seiring berjalannya waktu, kelenteng Boen San Bio mengalami beberapa kali renovasi dan pemugaran. Bukti toleransi beragama yang tinggi dari kelenteng itu adalah adanya area Pura, peribadatan umat Hindu persis di sebelah Wihara Boen San Bio. Di belakangnya, juga terdapat masjid yang saat waktu duhur tiba, kumandang azan terdengar keras sampai ke area kelenteng. (JP/RAKSUL)