“Selalu utamakan keselamatan,” sambungnya.
Sementara itu ratusan pendaki baik yang hanya tektok atau pulang-pergi dan yang melakukan camping atau disebut campers di jalur pendakian Gunung Lawu via Cemorosewu sudah melakukan pemeriksaan kesehatan di pos utama jalur pendakian.
Salah seorang pendaki bernama Teguh Waluyo yang berasal dari Karanganyar, Jawa Tengah mengatakan bahwa dirinya datang untuk mendaki secara tektok. Dirinya tak menemukan kendala yang berarti selama mendaki mulai dari naik hingga ke puncak Lawu lalu turun kembali ke pos.
“Meskipun jalan sepanjang pendakian cukup ekstrem karena penuh bebatuan tetapi tidak ada kendala. Semua berjalan lancar mulai naik ke puncak hingga kembali turun,” kata dia.
Ia juga mengatakan bahwa memang perlu waktu untuk mengatur waktu pendakian. Seperti berangkat pada dini hari, lalu turun pada waktu menjelang siang hari dengan membawa perlengkapan yang memadai tentunya. Menikmati keindahan puncak Gunung Lawu sambil berfoto dan bersantai di warung Mbok Yem menjadi alasan kuatnya mendaki.
“Butuh waktu sekitar empat hingga lima jam untuk sampai ke puncak Lawu. Di puncak biasanya hanya foto-foto dan nongkrong di warungnya Mbok Yem. Lalu siang hari turun dan sampai basecamp sore hari,” ungkapnya.
Pendaki lain bernama Hayu Julia asal Klaten mengaku sangat menikmati pendakian ke puncak Gunung Lawu di tengah suasana jalur pendakian yang berkabut. Meskipun harus melewati jalur berbatu dan berkabut, ia tetap menikmati perjalanan tersebut.
“Secara keseluruhan tidak ada masalah di jalur pendakian, semua aman dan lancar,” pungkasnya. (JP/RAKSUL)