MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Penantang petahana calon Senator atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPD) RI masih di atas angin. Dimana dua penatang Al Hidayat Samsu dan Andi Waris Halid lebih unggul dibandingkan tiga petahana.
Berdasarkan data perhitungan cepat Komisi Pemilihan Umum (KPU), pukul 15.00 wita dengan progres 8.944 Tempat Pemungutan Suara (TPS) dari 26.357 TPS. Al Hidayat Samsu saat ini unggul dengan perolehan 45.192 suara, disusul Andi Abdul Waris Halid 34.589 suara.
Sementara Petahana Andi Ihsan berada di urutan ketiga dengan 34.424 suara, Tamsil Linrung berada 32. 558 suara. Sementara Lili Amelia Salurapa hanya memperoleh 18.232 suara.
Bahkan Lili Amelia dibawa suara Andi Yagkin A Padjalangi 27.625 suara, Pendeta Musa Salusu 20,087 suara dan Prof Idrus Paturusi 19.362 suara.
Direktur PT Indeks Politica Indonesia (PT IPI) Suwadi Idris Amir melihat pergerakan Al Hidayat Syamsu dan Andi Waris Halid cukup luar biasa di masa kampanye kemarin.
“Saya melihat Waris bergerak bersama mesin partai Golkar, sementara Al Hidayat lebih banyak menggunakan mesin PDI Perjuangan. Keduanya ini memaksimalkan betul partai ini (Golkar dan PDIP),” ujarnya.
“Ditambah lagi pergelaran mereka ikut sama kakaknya, Waris ikut bersama Nurdin Halid (caleg DPR RI) sementara Syamsu ikut sama bapaknya Samsu Niang (Caleg petahana DPR RI Sulsel 2),” bebernya.
Suwadi juga melihat jika Alat Peraga Kampanye (APK) yang mereka sebar saat kampanye begitu masif. “Terutama Al Hidayat kampanye melalui media sosial cukup bagus dan berhasil meyakinkan pemilih milenial,” bebernya.
Sementara Andi Ihsan dan Tamsil Linrung, Suwadi melihat kedua tokoh Sulsel ini memiliki basis jelas. Seperti Tamsil dipastikan mendapatkan dukungan dari Parpol yakni PKS dan Gelora. “Kalau Andi Ihsan memiliki organisasi yang rapi di Sulsel dan bekerja untuk dia,” jelasnya.
Adapun Lili Salurapa sebagai petahana, Suwadi menyebutkan jika majunya pendeta Musa Salusu membuat tokoh Toraja ini dan dari non muslim tidak menyatu.
“Pemilih non muslim saya lihat tidak solid, bedah sebelum-sebelumnya, hanya menyatukan satu suara,” tutupnya. (Fahrullah/B)