MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Golkar Sulawesi Selatan begitu sesumbar bisa memenangkan Pemilu 2024. Hal itu juga ditandai dengan keluarnya nama-nama yang disiapkan untuk maju di Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024.
Namun, rupanya strategi menerbitkan rekomendasi di pertengahan tahapan pemilu, tak mampu mendongkrak perolehan suara. Alih-alih dapat mengusung kader sendiri di pemilihan gubernur, Partai Golkar Sulsel malah terancam kehilangan kursi sebagai ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Golkar Sulsel untuk sementara di posisi ketiga dalam perebutan suara karena disalip dua pesaingnya, NasDem dan Gerindra.
Partai Golkar menempuh strategi mengumumkan figur-figur yang akan dicalonkan dalam menghadapi Pilkada Serentak 2024. Nama-nama yang dijagokan maju sebagai bakal calon gubernur, bakal calon bupati, dan wali kota menjemput rekomendasi yang diterbitkan oleh DPP Golkar.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Golkar Sulsel, La Kama Wiyaka menyatakan bahwa rekomendasi yang diterbitkan oleh DPP Golkar dan diberikan kepada kader Golkar di daerah hanya bersifat sementara. Menurut dia, rekomendasi tersebut hanya sebatas surat tugas dengan maksud agar agar para penerima mandat berusaha membantu partai dalam mendongkrak perolehan suara di daerah masing-masing.
"Belum ada yang final mengenai rekomendasi tersebut. Tujuan surat itu diberikan ke bakal calon kader Golkar agar mereka menjadikan dasar untuk membantu mendongkrak perolehan suara pada Pileg 2024. Setelah pemilu, akan ada evaluasi dari DPP," kata La Kama, Selasa (27/2/2024).
Menurut La Kama, DPP memiliki kewenangan penuh dalam menentukan sikap terhadap figur yang akan diusung pada pilkada serentak. La Kama mengatakan, DPP akan mengevaluasi perolehan kursi di semua tingkatan; provinsi hingga daerah.
"Jadi ada beberapa hal dilihat DPP sebagai bentuk evaluasi. Kemungkinan mengenai perolehan pemilu tiap tahun. Golkar Sulsel dan daerah dapat posisi ke berapa, naik atau turun. Ini menjadi tolok ukur apakah hasil pemilu ini sama dengan tahun lalu," imbuh La Kama.
La Kama menuturkan bahwa perihal penarikan surat tugas yang diberikan kepada kader Golkar belum disampaikan secara detail. Tapi, untuk evaluasi sudah tentu menjadi agenda DPP Golkar dengan melihat hasil Pemilu 2024.
Bahkan dia menyebutkan bukan hanya satu komponen yang dilihat oleh DPP, akan tetapi variabel lainya juga menjadi penentu. Misalnya, seperti soliditas kader, kekompakan di masyarakat, dan laporan kinerja lainnya.
"Itu semua nanti dinilai. DPP melihat dan mengevakuasi sesuai tahapan yang dilalui dengan berbagai pertimbangan. Bukan satu komponen penilaian. Mungkin ada variabel lain. Rekomendasi yang diberikan kepada bakal calon bisa diganti dan bisa tidak," beber dia.
Salah satu yang dinilai oleh DPP nantinya, kata dia, akan melihat bakal calon dari sisi elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas. Hasil dari penilaian akan menjadi prioritas siapa mendapat rekomendasi akhir maju di Pilkada Serentak 2024.
"Soal pemberian rekomendasi akhir nantinya, akan ada prosedur dan tahapan seleksi. Termasuk survei juga. Kalau sekarang surat tugas itu adalah tahapan awal mempersiapkan diri, nanti ada proses berikutnya," imbuh dia.
Wakil Ketua DPP Golkar Nurdin Halid tak ingin menanggapi mengenai rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh Golkar, beberapa waktu lalu. Nurdin juga mendapat rekomendasi sebagai bakal calon gubernur Sulsel.
Nurdin hanya menyorot peluang gagalnya Golkar Sulsel mempertahankan kursi ketua DPRD di daerah ini.
"Bagi saya, kader Golkar tidak boleh saling menyalahkan dan harus melakukan introspeksi," ujar Nurdin.
Mantan Ketua Golkar Sulsel itu menuturkan di internal Golkar akan melakukan evaluasi yang mesti diperbaiki agar bisa merebut kembali pucuk pimpinan DPRD Sulsel yang hilang.
"Ini adalah suatu hal perlu kader harus intropeksi, evaluasi, dan pasca musda kita konsolidasi agar pada 2029 bisa merebut kembali ketua DPRD Sulsel," imbuh dia.
Nurdin berharap Golkar bisa berubah dan mengikuti perkembangan zaman. Masih dari evaluasi internal maupun gerakan politik.
"Sebab kondisi masyarakat sekarang dinilai sudah pragmatis. Peristiwa ini kita tidak usah saling menyalahkan, Saat ini kondisi politik berubah," kata dia.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Profesor Sukri Tamma mengatakan walau Golkar sebagai pemenang ketiga di Sulsel, partai berlambang pohon beringin rindang ini tetap menjadi magnet dan cukup penting di Pilgub Sulsel nanti.
“Tapi semuanya masih menunggu sampai perhitungan KPU,” kata Sukri.
Menurut dai, meskipun Golkar tidak bisa mengusung calon sendiri nantinya, tapi itu bukan hambatan, apalagi Golkar saat ini sudah memiliki jagoan yang telah direkomendasi oleh DPP.
“Jadi para kandidat ini harus bekerja lagi dengan bernegosiasi dengan partai lain untuk berkoalisi," kata dia.
Menurut dia, nama-nama yang telah dikeluarkan oleh Golkar bukan orang baru di politik. Golkar saat ini sudah memiliki modal sekitar 14 kursi.
“Nama-nama yang dijual itu tidak kesulitan mencari koalisi untuk maju,” imbuh Sukri.
Sukri melihat Golkar Sulsel memiliki kader dengan nilai jual yang tinggi untuk dipilih masyarakat. “Masyarakat yang cenderung melihat figur pasti dilirik oleh partai-partai lain,” kata dia.
Adapun, Direktur Politik Profetik Institute, Muhammad Asratillah mengatakan untuk konteks Sulsel, Partai Golkar mesti menghadapi partai yang lebih baru namun cukup agresif. Misalnya Partai NasDem dan Partai Gerindra. Belum lagi partai-partai lain yang juga telah menggerus basis tradisional dari Partai Golkar.
“Jika Partai Golkar ingin menghadapi musim pilkada beberapa bulan mendatang, maka ada hal yang mesti dimatangkan. Pertama, Golkar akan berkoalisi dengan partai-partai apa saja, sehingga sedari awal Golkar sudah mesti membangun komunikasi politik dengan sejumlah parpol,” kata Asratillah.
Dirinya juga menyebutkan di tengah-tengah kemerosotan suara yang terjadi, Golkar Sulsel mesti melakukan evaluasi internal.
“Kira-kira apa faktor yang menyebabkan konsolidasi elektoral tidak begitu masif di tahun 2024 ini? Apakah karena faktor tidak solidnya infrastruktur partai? Apakah karena tidak tepatnya strategi marketing partai? atau ada faktor-faktor lain semisal konflik internal dan semacamnya,” ucap dia.
“Evaluasi ini adalah sesuatu yang niscaya bagi Golkar jika ingin tetap menjadi partai yang paling diperhitungkan di Sulsel,” sambung Asratillah.
Selain itu jelang pilkada nanti, Golkar Sulsel mesti melakukan pemetaan kompetitor seakurat mungkin. “Kekuatan apa yg dimiliki kompetitor? Apa titik lemah mereka? Lalu apa peluang yang bisa direbut oleh Golkar di Sulsel,” ujar dia.
Untuk jagoan di Pilgub Sulsel Golkar sudah memberikan mandat kepada Taufan Pawe (Ketua Golkar Sulsel), Nurdin Halid (Wakil ketua umum Golkar), Adnan Purichta Ichsan (Bupati Gowa), Indah pUTRI IndrianI (Bupati Luwu Utara) dan Ilham Arief Sirajuddin (mantan Wali Kota Makassar dua periode)
Selanjutnya Andi Ina Kartika sari, Mudassir Hasri Gani (Barru), Ikram Ishak Iskandar, Islam Iskandar (Jeneponto), Andi Akbar Leluasa, Arpin (Luwu Timur), Syahruddin M Adam, Suwardi Hasen (Soppeng), Jon Rende Mangontan, Victor Datuan Batara (Tana Toraja), Jamaluddin Syamsir, Nirwan Arifuddin (Bulukumba), Rahmat Masri Bandaso dan Nurhaeni (Palopo).
Sementara untuk kabupaten/kota lain, Golkar merekomendasikan satu nama saja mulai dari Muh Fathul Fauzi Nurdin Abdullah (Bantaeng), Andi Rio Padjalangi (Bone), Muhammad Irfan (Enrekang), Muhammad Nasir (Gowa) dan Muhammad Nasir Ali (Selayar).
Berikutnya Patahudding (Luwu), M Basir (Luwu Utara), Suhartina Bohari (Maros), Andi Ilham Zainuddin (Pangkep), Usman Marham (Pinrang), Zulkifli Zain (Sidrap), Andi Kartini Ottong (Sinjai), Tonais Bassang (Toraja Utara), Baso Rahmanuddin (Wajo), Munafri Arifuddin (Makassar) dan Erna Rasyid Taufan (Parepare). (*)
Ancang-ancang Partai NasDem
Sementara itu, Ketua Partai NasDem Sulsel, Rusdi Masse mengisyaratkan pihaknya akan mengusung figur yang pernah bertarung di Pilgub dan Pilkada 2018 atau 2020.
"Kalau ada bertanya peluang figur maju Pilkada 2018 dan 2020 apakah akan diusung kembali NasDem di 2024?. Iya, tentu peluang dan kemungkinan itu ada untuk NasDem usung," kata Rusdi.
Berdasarkan penghitungan sementara, Partai NasDem Sulsel meraih 17 kursi di DPRD Sulsel. Dengan begitu, partai ini bisa mengusung sendiri kandidat di Pilgub Sulsel 2024.
Rusdi memberikan lampu hijau kepala caleg asal NasDem yang meraih suara terbanyak untuk bisa maju di pilkada daerah masing-masing.
"Jadi, soal siapa diusung nantinya di pilkada, ya, tunggu saja. Untuk di daerah caleg terpilih berpotensi semua," imbuh Rusdi.
Rusdi membuka ruang kepada siapapun figur untuk bisa diusung. Menurut dia, peluang semua yang ikut maju Pilgub dan Pilkada 2024 baik internal dan eksternal.
"Saya sendiri belum menentukan sikap, karena belum lihat survei. Respons saya, tergantung masyarakat karena yang mempercayakan saya itu, kan, masyarakat di Sulsel. Mereka punya hak memilih dan menentukan siapa terbaik dan pantas dipilih menjadi gubernur sesuai hati nurani," imbuh dia.
Adapun, Ketua Partai Demokrat Sulsel, Ni'matullah, mengatakan masih merahasiakan siapa saja tokoh yang akan diusung maju di Pilgub. Dia menekankan sosok itu harus memiliki rekam jejak prestasi dan dedikasi dalam berbagai bidang, utamanya punya komitmen dengan partai.
"Kami sudah punya data mentahnya secara akumulatif, tetapi kami belum bisa mediakan. Nanti ada langkah-langkah yang akan kami lakukan, dalam waktu dekat," imbuh Ni'matullah.
Meski telah mengantongi nama-nama, Ni'matullah masih memilih untuk menyimpan rahasia atas identitas balon yang dipilih hingga waktu yang lebih tepat.
"Tahap awal, kita mendeteksi kader-kader kita yang kira-kira siap maju. Kalau tidak ada maka kita akan deteksi siapa tokoh di luar partai kira-kira yang baik untuk kemudian daerah," kata Ni'matullah. (suryadi-fahrullah/C)