12 Masyarakat Sukoharjo Meregang Nyawa dalam Empat Tahun Terakhir Akibat Leptospirosis

  • Bagikan
Waspada Leptospirosis

RAKYATSULSEL –Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukoharjo menyampaikan, dalam kurun waktu empat tahun ke belakang di wilayahnya sudah ada 12 orang yang meninggal dunia akibat terjangkit penyakit leptospirosis.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo Tri Tuti Rahayu menyatakan, jumlah kasus kematian akibat terjangkit leptospirosis di Sukoharjo cenderung fluktuatif setiap tahun. Pada 2021 ada seorang korban meninggal dunia. Lalu pada 2022 ada tujuh orang meninggal dunia dan merupakan yang terbanyak.

”Kemudian pada 2023 ada tiga orang meninggal dunia. Sementara pada 2024, satu orang yang meninggal dunia akibat leptospirosis. Semoga tahun ini hanya satu korban meninggal dunia,” ujar Tri Tuti Rahayu seperti dilansir dari Radar Solo (JawaPos Group).

Dia menjelaskan, kasus kematian akibat leptospirosis tahun ini, yakni Suharja, 57, yang bertugas sebagai Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Langenharjo, Kecamatan Grogol. Korban meninggal pada Jumat (23/2) malam.

Ketua PPS itu meninggal dunia saat menjalani perawatan di rumah sakit (RS) di kawasan Solo Baru, Sukoharjo.

Sejauh ini, Dinkes Sukoharjo terus melakukan upaya pengendalian terhadap penyakit leptospirosis. Upaya itu antara lain dengan melakukan sosialisasi penyakit dan pencegahannya.

Tri Tuti menjelaskan, penularan leptospirosis pada manusia berpotensi terjadi lewat paparan pekerjaan, rekreasi, atau hobi, dan bencana alam. Saat puncak musim hujan seperti sekarang misalnya, penyakit leptospirosis berpotensi menular lewat genangan air banjir.

”Saat banjir, bakteri terbawa air kencing tikus dan menjangkit warga yang menjadi korban bencana banjir. Penyakit satu ini memang layak diwaspadai, mengingat lingkungan yang terkena banjir sangat rawan untuk disinggahi bakteri,” terang Tri Tuti Rahayu. (JP/RAKSUL)

  • Bagikan

Exit mobile version