MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai politik pendatang baru hampir dipastikan tak ada yang mampu memenuhi mabang batas parlemen atau parliamentary threshold. Dengan begitu, tak ada partai anyar yang moncer dan melenggang ke Senayan hasil Pemilu 2024.
Beberapa partai baru tersebut yakni Partai Ummat, Partai Buruh, Partai Gelora, dan PKN. Sementara itu, partai yang terbilang lama dan sudah pernah ikut pemilu sebelumnya, juga kembali hampir pasti kandas. Sebut saja Partai Solidaritas Indonesia, Partai Bulan Bintang, Partai Hanura, dan Perindo.
Direktur Nurani Strategic Nurmal Idrus mengatakan, partai baru dan guram sejak awal sudah diprediksi sulit memenuhi syarat parliamentary threshold. Indikasinya, partai-partai tersebut kesulitan memenuhi angka minimal jumlah pengurus di berbagai daerah. Mereka hanya mampu mencapai syarat minimal pengurus parpol.
“Dari situ saja sudah diprediksi kemampuan partai-partai ini. Untuk mencapai suara parliamentary threshold tentu harus punya infrastruktur yang bagus dan kuat. Tambah banyak infrastruktur tambah gampang menggaet suara. Tapi kalau infrastruktur partai berupa kepengurusan dari tingkat desa, kelurahan tidak lengkap maka akan sangat kesulitan,” ujar Nurmal, Jumat (1/3/2024).
Nurmal mengatakan, yang membedakan partai baru dengan partai yang lolos ambang batas parlemen adalah rata-rata kepengurusan yang lengkap hingga akar rumput. Selain itu, isu parpol baru yang diusung tidak diminati oleh masyarakat.
“Sebagian besar membawa isu perubahan. Mereka menjual program yang selama ini tidak digarap partai besar. Tapi, pemilih tidak terpengaruh lagi dengan jargon perubahan. Pemilih sudah menganggap hal itu sudah biasa. Jadi visi-misi yang mereka usung tidak sanggup mempengaruhi pemilih,” tutur Nurmal.
Tak kalah penting, kata Nurmal, parpol baru belum memiliki basis pemilih yang kuat. Misalnya, PPP meski paling rendah dalam tingkat parliamentary threshold, tapi memiliki basis pemilih yang kuat. Yakni memiliki basis di pemilih Islam tradisional. Hal itu berbeda dengan parpol baru.
“Jadi basis pemilih mereka tidak kuat dan tidak jelas. Kalau parpol baru ini basisnya jelas. Misalnya PAN basisnya di Muhammadiyah, PKB di Nahdlatul Ulama, PPP di Islam yang lebih moderat, PDIP partai wong cilik, Golkar memiliki pemilih tradisional yang terpelihara selama ini. Jadi basis itu yang tidak dimiliki parpol baru,” imbuh dia. (fahrullah/B)