MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Bulog Kantor Cabang Makassar menyediakan sekitar 14 ribu ton untuk persediaan beras selama Ramadan. Meski stok relatif mencukupi, harga beras tetap dipastikan akan tetap melambung hingga musim panen tiba pada April nanti.
Asisten Manager Bisnis Bulog Kantor Cabang Makassar, Rajamuddin memastikan stok beras tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Makassar.
"Jadi kami pastikan aman untuk sampai sebelum panen, karena kan informasinya puncak panen itu ada di bulan Mei," ujar Rajamuddin, Kamis (7/3/2024).
Sedangkan, untuk ketersediaan beras di Bulog Sulselbar secara keseluruhan mencapai 50 ribu ton. Apalagi, kata dia, dalam sepekan Bulog mendapat kiriman beras sebanyak 30.600 ton yang berasal dari Kabupaten Pasang Kayu, Sulawesi Barat. Dia mengatakan jumlah tersebut akan terus bertambah.
"Kalau sampai saat ini stok yang ada di Bulog itu ada sekitar 50 ribu ton. Jumlah itu akan terus ditambah," ujar Rajamuddin.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak di 24 kabupten/kota yang berlangsung mulai tanggal 1-13 Maret 2024. Kegiatan ini digelar untuk menstabilkan harga dan ketersediaan pangan di Sulawesi Selatan jelang Ramadan, tahun ini.
Untuk di Kota Makassar, GPM digelar mulai tanggal 5-9 Maret 2024 di tujuh titik yakni di Kecamatan Tallo, Tamalanrea, Biringkanaya, Tamalate, Mariso, Rappocini, dan Makassar.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Makassar, Alamsyah mengatakan GPM ini terbuka untuk masyarakat umum. Menurut dia, momentum ini disiapkan berbagai macam komodias, seperti beras, sayur mayur, daging, minyak goreng, telur, gula, terigu, cabai, dan kebutuhan pokok lainnya. Untuk komoditas beras, disiapkan sebanyak 1,2 ton per titik lokasi GPM di Kota Makassar.
" Namun stoknya terbatas karena beras hanya disiapkan 1,5 ton per titik," imbuh Alamsyah.
Tentunya, komoditas yang disediakan tersebut memiliki harga yang lebih murah. "Harganya Lebih murah dari harga pasar, selisihnya seribu hingga dua ribu rupiah," beber dia.
Sementara itu, harga beras terus melambung. Harta beras jenis premium dan beras medium Rp 10.900. Harga ecertn tertinggi beras premium di tingkat konsumen tembus Rp 15 ribu lebih per kilo dan beras medium Rp 13 ribu lebih per kilogram.
Salah satu penyebab naiknya harga beras di Sulsel ialah persaingan pasokan gabah pada tingkat produsen. Para pemasok dari luar Sulsel menawarkan harga lebih tinggi sehingga stok beras mayoritas tersalurkan keluar dari wilayah Sulsel.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sulsel, Andi Muhammad Arsjad menyampaikan pasokan kebutuhan terutama beras itu dampak dari El-Nino yang baru saja dilewati Sulsel. Menurut dia, hal itu menjadi pemicu para produsen beras dari luar Sulsel untuk datang menjajal pasokan beras, sebab Sulsel merupakan salah satu sentra produksi beras yang ada di Indonesia dan memiliki harga tingkat konsumen yang lebih rendah dari rata-rata nasional.
“Sekarang ini sudah ada informasi panel harga orang jadi tahu bahwa di mana sih sebenarnya sentra-sentra produksi dan harga lebih beras yang murah di tingkat produsen itu ternyata salah satunya di wilayah kita. Cukup rendah di bawah rata-rata nasional dan ini juga yang menarik minat para pedagang-pedagang luar masuk untuk membeli produk beras kita,” ujar Arsjad.
Menurut Arsjad, mekanisme perdagangan pangan di Sulsel itu berjalan dengan baik. Pemprov Sulsel bersama dengan stakeholder terkait terus berkoordinasi untuk melakukan mitigasi kelangkaan bahan pokok terutama beras.
“Kami bersama Bulog hanya berupaya untuk menjaga stabilisasi ketersediaan. Untuk mencukupi kebutuhan beras dalam rangka program bantuan pangan,” ucap dia.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun), Imran Jausi menyampaikan saat ini Sulsel sudah mulai panen untuk komoditas beras. Hanya saja, kata dia, panen itu masih dilakukan oleh para petani yang memiliki spot sawah yang dekat dengan pengairan.
Beberapa daerah sentra padi pun sudah melakukan panen di beberapa wilayah persawahannya, seperti Barru, Bone, Sidrap dan beberapa wilayah lainnya.
“Sudah ada yang panen kalau padi, tapi masih spot-spot tertentu,” imbuh Imran.
Dia menuturkan, meski masih dalam skala panen berdasarkan letak strategis diharapkan mampu menekan harga beras yang beredar di pasar yang ada di Sulsel.
“Harusnya bisa menekan harga beras dipasaran, karena kalau kita hitung-hitung kebutuhan produksi beras indonesia ini kan banyak dibandingkan dengan kebutuhan, hanya kita kan hitungan angka setahun, sedangkan kebutuhan orang makan kan setiap hari, jadi kadang kita dapati beras lagi kurang-kurangnya, dan kadang juga kita dapati beras melimpah ruah,” kata Imran.
Menurut dia, saat ini harga beras sudah memiliki penurunan harga meski belum normal seperti biasa. Kabar baiknya, sambung Imran, Sulsel akan memasuki panen raya pada April nanti.
“Kami perkirakan panen raya itu pada April karena orang menanam pada Januari kemarin,” imbuh dia. (shasa anastasya-abu hamzah/C)