MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Dua anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dipastikan gagal kembali menuju Senayan yakni Andi Akmal Pasluddin dan Andi Rio Idris Padjalangi. Gagal di Pileg 2024, keduanya justru disebut sebagai figur potensial maju di Pilkada Bone November 2024 nanti.
CEO Archi Research and Strategic Mukhradis Hadi Kusuma mengatakan jika pihaknya telah melakukan survei pada awal Maret kemarin dengan mengambil sekitar 400 sampel dimana ada beberapa nama yang muncul untuk maju di Pilkada Bone.
“Pada 1-6 Maret kemarin kami sudah melakukan survei, dimana ada beberapa nama muncul seperti Andi Akmal Pasluddin, Andi Rio Padjalangi, Yasir Mahmud,” kata Mukhradis Hadi Kusuma.
Dirinya menyebutkan Andi Akmal berada pada 22,43 persen, disusul Andi Rio 20,9 persen, Yasir Mahmud 14,9 persen, Irsan Idris Lagaligo 8,61 persen, Andi Fadly Yusuf 7,54 persen, Andi Suaedi 5,56 persen. “Dalam survei ini juga masih ada yang belum menentukan pilihan 16,78 persen,” ucapnya.
Mukhradis Hadi Kusuma menyebutkan tak lolosnya dua petahana putra Bone ini ke Senayan Andi Akmal dan Andi Rio karena kalah bersaing di internal partai mereka keduanya akan bertarung habis-habisan di Bumi Arung Palakka. “Mereka (Andi Akmal dan Andi Rio) ini akan bertarung habis-habisan,” ucapnya.
Sementara Yasir Mahmud kata Mukhradis Hadi Kusuma akan dilihat nanti, apakah dia lebih merasa nyaman sebagai anggota DPRD Provinsi apalagi Pemilu 14 Februari 2024 kemarin suaranya cukup luar biasa.
“Jika Yasir Mahmud maju maka saya prediksi akan ada tiga pasangan calon,” bebernya.
Diketahui juga di Kabupaten Bone tidak ada lagi petahana sehingga yang hampir dipastikan maju dari klan Padjalangi yakni Andi Rio. “Saya kira klan menjadi modal dan itu bisa menambah suara,” ucapnya.
Namun diketahui Golkar di Kabupaten Bone saat ini mengalami penurunan kursi, Pemilu 2014 15 kursi, Pemilu 2019, 9 kursi.
Dua Periode ini masih mampu mempertahkan kursi ketua DPRD di Bumi Arung Palakka. Pemilu 2024 ini Golkar Bone tinggal menyisakan 6 kursi sekaligus kursi ketua DPRD diambil alih oleh Gerindra dengan perolehan 8 kursi.
Mukhradis Hadi Kusuma menyebutkan ini harus diamati karena faktor individu yang mampu menyedot suara dan faktor Pilpres banyak mengubah peta Pileg. “Pemilu yang saling bertarung sesama, jadi tidak ada ukuran,” jelasnya. (*)