Pilgub Sulsel 2024: Timbang-timbang Usung Kader

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai politik mulai ambil ancang-ancang menghadapi pemilihan gubernur Sulawesi Selatan pada November 2024. Partai yang moncer dalam perolehan suara pada pemilu lalu tak segan-segan akan menyiapkan kader sendiri untuk ikut bertarung, baik sebagai calon gubernur maupun calon wakil gubernur. Saatnya kontestasi antara kader partai dan figur non partai tapi potensial dalam mendulang pemilih.

Hasil Pemilu 2024 tentu jadi pertimbangan bagi partai politik dalam menyiapkan kandidat. Misalnya, secara mengejutkan Partai NasDem keluar sebagai pemenang dengan memperoleh 17 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan.

Koleksi ini membuat Nasdem punya tiket khusus untuk mengusung kandidat tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Sementara partai lain 'wajib' berkoalisi untuk menggenapkan syarat 20 persen jumlah kursi demi mengusung figur andalan.

Dari sisi figur, kader partai paling banyak disebut berpotensi maju di Pilgub Sulsel yakni Ketua NasDem Sulsel Rusdi Masse, Ketua Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras, dan kader PDIP sekaligus Wali Kota Makassar Danny Pomanto. Jumlah tersebut ikut diramaikan oleh lima figur yang disiapkan oleh Partai Golkar. Kelimanya adalah Nurdin Halid, Ilham Arief Sirajuddin, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, Bupati Lutra Indah Putri Indriani dan Ketua Golkar Sulsel Taufan Pawe.

Adapun figur dari kalangan non partai ada nama eks Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, mantan Panglima Kodam XIV Hasanuddin Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, dan Komisaris Jenderal Fadil Imran.

Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi PDIP Sulsel, Iqbal Arifin mengatakan bahwa PDIP memiliki mekanisme kepartaian dalam mengusung kader untuk maju di Pilkada 2024. "Semua partai punya prosedur menentukan kandidat. Mungkin ada yang bentuk tim seleksi untuk menjaring figur," ujar Iqbal, Kamis (14/3/2024).

Menurut mantan Ketua Bappilu PDIP ini, PDIP memiliki banyak kader saat ini di Sulsel yang punya potensi untuk maju. Salah satunya adalah Danny Pomanto. Namun, untuk mengusung Pilgub butuh koalisi karena kursi PDIP saat ini butuh gandeng parpol lain.

"Untuk memastikan mengusung kader di Pilgub 2024 tentu harus koalisi, karena memang hampir semua parpol harus kerja sama, kecuali salah satu partai yang sudah penuhi syarat," imbuh Iqbal.

Sementara itu, Ketua Organisasi Kaderisasi Keanggotaan (OKK) Nasdem Sulsel, Tobo Haeruddin memastikan bahwa NasDem yang resmi mengantongi 17 kursi bisa mengusung kader sendiri di Pilgub nanti.

"Kalau NasDem tentu bisa usung kader sendiri di Pilgub. Tapi, kami juga masih butuh parpol lain agar saling memperkuat," kata Tobo.

Tak hanya Pilgub, Partai NasDem memastikan untuk mengusung kader internal maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) November 2024 nanti. Terutama bagi mereka yang mampu menjadikan partai ini sebagai pemenang pemilu. Dari 24 Kabupaten/Kota di Sulsel, Nasdem mampu menjadi pemenang Pemilu di 10 daerah. Namun hanya bisa mengusung sendiri di Kabupaten Pinrang (11 kursi), Sidrap (14 kursi), Enrekang (9 kursi), Pangkep (12 kursi) dan Kota Palopo (6 kursi).

Semenetara daerah lain, seperti Makassar, Jeneponto, Bantaeng, Sinjai dan Luwu harus berkoalisi dengan partai lain, karena belum mencukupi 20 persen persyaratan berkoalisi.

"Tentu daerah yang harus berkoalisi dengan partai lain kami sudah meminta bagaimana mereka juga melakukan komunikasi dengan partai lain agar bisa berkoalisi," imbuh dia.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Keadilan Sejahtera Sulsel, Arfianto mengatakan meski PKS hanya meraih 7 kursi kursi di DPRD,namun pihaknya tak ingin sia-siakan momentum Pilgub 2024. Menurut dia, PKS juga menyiapkan figur untuk ikut bertarung.

“Kami baru persiapkan dengan mengundang seluruh tim pemenangan di kabupaten sekaligus membahas Pilgub dan Pilkada,” kata Arfianto.

Menurut Arfianto, PKS Sulsel akan melakukan kajian untuk menentukan figur yang akan diusung, baik kader internal maupun kader luar yang memiliki visi misi yang sama dengan partai. Selama ini, PKS di Sulsel belum pernah mendorong kader internal untuk berkontestasi di tingkat provinsi.

“Ini menjadi kajian kami pada saat rapat nanti. Tentu ada kombinasi karena kami harus berkoalisi dengan partai lain,” ujar dia.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Profesor Sukri Tamma mengatakan setiap partai politik pasti tidak ingin menyia-nyiakan hasil Pileg 2024. Itu sebabnya, kata dia, NasDem Sulsel akan memanfaatkan itu untuk mencari figur internal untuk diusung.

“Kalau NasDem yang bisa mengusung sendiri pasti akan hitung betul siapa yang akan didorong dan siapa yang akan diajak berkoalisi. Kalau partai lain pasti akan lihat siapa yang akan diajak untuk berkoalisi,” kata Sukri.

Menurut dia, kader NasDem yang pantas didorong adalah Rusdi Masse, apalagi perolehan suara Rusdi cukup tinggi di Dapil Sulsel Tiga pada pemilu lalu.

“Kalau bukan Rusdi, maka pilihan lainnya adalah Fatmawati yang memiliki juga peluang untuk diusung,” ujar Sukri.

Sukri mengatakan, NasDem paling longgar dalam mencari pasangan kandidat. “Tinggal mencari sesuai dengan keinginan mereka. Sekaligus memperkuat dari berbagai aspek, baik ekonomi, sosial, simpatisan dan suara," ucap Sukri.

Sementara partai-partai lain yang harus berkoalisi dengan partai lain itu masih memiliki hitung-hitungan besar mulai dari mencukupkan 17 kursi hingga pasangan tersebut bisa bersaing. “Yang menjadi dasar basis suara, sumber daya ekonomi, semuanya ini harus mereka miliki,” sambung dia.

Untuk figur non partai seperti Andi Sudirman, kata Sukri, mantan Gubernur Sulsel ini memiliki peluang untuk diusung oleh Gerindra. Apalagi, partai ini menjadi pemenang ketiga di Sulsel dengan 13 kursi.

“Kita tahu bersama, Andi Sudirman merupakan adik dari Amran Sulaiman yang memiliki jasa kemarin di Pilpres. Paling tidak Prabowo memiliki utang budi ke Amran dan Gerindra bisa menjadi kendaraan Sudirman di Pilgub Sulsel,” imbuh Sukri.

Sementara mantan Panglima Kodam XIV Hasanuddin Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, serta Kabaharkam Polri Komjen Fadil Imran, kata Sukri, tergantung survei mereka. Pun bila ingin maju, maka jalur perseorangan bisa ditempuh.

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Prianto menyebut jika sekadar untuk memasangkan calon, maka banyak yang kuat. Termasuk jika Sudirman dipaketkan dengan Fatmawati Rusdi.

Namun, ia menilai hal itu akan sulit. Sebab akan terkendala soal siapa 01 dan siapa 02. “Pertanyaannya apakah NasDem dengan pencapaian perolehan suara terbesar, lalu mau menjadi wakil,” tanya Luhur.

Menurut dia, NasDem sangat layak memimpin poros koalisi sendiri, sehingga NasDem dan Gerindra lebih prospek berkompetisi dari pada berkoalisi.

"Kalau merujuk hasil perolehan suara Pileg 2024, maka setidaknya terbuka peluang pembentukan tiga poros kandidasi. NasDem, Gerindra, dan Golkar bisa memimpin poros koalisi, sekaligus mendorong kadernya tampil di posisi calon gubernur," imbuh Luhur.

Sementara itu, Direktur Riset dan Data Lembaga Insert Institute Reskiyanti menilai partai dengan perolehan kursi terbanyak, NasDem berada dalam posisi strategis karena dapat mengusung cagub tanpa perlu berkoalisi.

"Ini memberi NasDem keleluasaan dalam menentukan strategi dan memilih kandidat tanpa harus mengkompromikan dengan partai lain," ujar dia.

Menurut Reskiyanti, peta kekuatan parpol dan figur menunjukkan persaingan yang ketat serta dinamis dalam Pilgub Sulsel 2024. Keberhasilan partai juga kandidat tidak hanya bergantung pada jumlah kursi parlemen yang dimiliki tetapi juga pada kemampuan mereka untuk membentuk koalisi.

"Menarik dukungan pemilih dan menawarkan visi serta program yang resonansi dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat Sulsel. Dengan latar belakang politik dan sosial yang beragam, pemilih di Sulsel akan memiliki pertimbangan yang kompleks dalam menentukan pilihan mereka," imbuh Reski.

Direktur Public Policy Network Rizal Pauzi mengatakan, sejumlah figur ini memang siap bertarung karena ada sudah memproklamirkan diri, namun masih ada yang sungkan.

"Sehingga menurut saya kalau dikorelasikan dengan Pilgub, saya pikir itu bisa menjadi modal untuk mengusung tetapi belum menjadi modal untuk menjadi landasan memenangkan Pilgub 2024 mendatang," ujar Rizal.

Namun perlu digarisbawahi bahwa selain variabel parpol, di Sulawesi Selatan ini cenderung pemilih di Sulsel masih sangat berpengaruh terhadap figurnya. Dalam artian sejauh mana elektabilitas awal figur, sejauh mana kekuatan jaringan figur, dan modal-modal figur sangat menentukan keterpilihan dan kemenangan pada Pilgub.

"Sehingga partai politik ini cenderung sebagai tiket, atau kenderaan untuk bertarung, tapi untuk meraih kemenangan tentu tidak lepas juga dari figur-figur personal itu sendiri," imbuh akademisi Unhas itu.

Rizal menyebutkan, jika melihat peta yang ada, tentu selain figurnya, variabel lain yang sangat menentukan di Sulawesi Selatan itu adalah representasi wilayah atau geopolitik wilayah. Misalnya ada wakil representasi Bone, Soppeng, Wajo, ada representasi Bugis, ada representasi Makassar itu di bagian Selatan, Gowa sampai ke Selayar, dan ada Luwu Raya.

"Jadi tiga geopolitik itu sangat berpengaruh terhadap kemenangan. Sehingga menurut saya bahwa selain dari dukungan partai, tentu juga representasi geopolitik itu sangat bagus," ujar Rizal.

Misalnya, lanjut dia, kalau melihat figur, representasi selatan itu ada Adnan Purichta Ichsan dan Danny Pomanto. Kemudian kalau representasi Bosowa atau Bugis itu ada Andi Sudirman, Andi Iwan Aras, dan Andi Muhammad Bausawa. Di Luwu Raya figur yang bagus itu adalah Bupati Luwu Utara, Indah Putri yang punya potensi untuk itu. (suryadi-fahrullah/C)

  • Bagikan

Exit mobile version