RAKYATSULSEL - Tanaman bayam memiliki beberapa jenis. Selain hijau dan merah, ada bayam batik. Forever Green menjadi salah satu kebun hidroponik yang membudidayakan jenis sayuran tersebut. Walaupun belum populer, tanaman itu mempunyai banyak manfaat. Rasanya juga tidak kalah dengan bayam lainnya.
KEBUN Forever Green di Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu memiliki luas sekitar 1.200 meter persegi. Kebun tersebut berdiri ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020. Ada banyak sayuran yang tumbuh subur di green house itu. Salah satunya bayam batik.
Disebut bayam batik karena daun sayuran itu seperti batik. Kombinasi dua warna, merah di bagian tengah serat daun dan hijau di sisi pinggir daun. Bayam batik merupakan persilangan antara bayam hijau dan merah, sehingga menghasilkan perpaduan warna yang cantik. Bayam batik juga disebut bayam belang.
Ketika masih bibit, bayam itu belum terlihat batiknya. Warna daun bibit bayam masih hijau, kemudian berubah menjadi pink keunguan, setelah itu baru menjadi perpaduan antara merah dan hijau. ’’Namun, secara keseluruhan, bayam batik sama dengan bayam lainnya,” jelas co-founder Forever Green Gracia Aprilia Christianto.
Menurut dia, bayam batik mempunyai kesamaan dengan bayam hijau dan merah. Baik dari sisi cara penanaman, perawatan, durasi tanam, maupun panen. Harga bibit juga sama. Begitu juga harga jualnya, tidak jauh beda. ’’Yang membedakan hanyalah warna daun yang merupakan perpaduan antara bayam hijau dan merah,’’ lanjutnya.
Soal rasa, kata Gracia, rasa bayam batik tidak jauh beda dengan bayam lainnya. Dia pernah menikmati rasa bayam batik yang dimasak menjadi sayur bening. ’’Dimasak dengan kuah, rasanya sama dengan bayam hijau dan merah,” paparnya.
Hanya saja, lanjut dia, warna kuah bayam batik sedikit merah. Namun, warna kuah itu tidak mengganggu cita rasa bayam batik. Warna tersebut pengaruh dari daun bayam batik. Yang pasti rasanya tetap lezat dan kaya akan khasiat.
Gracia menjelaskan, dari sisi peminat, bayam batik sudah banyak disukai meski tak sepopuler bayam merah dan hijau. Masyarakat lebih senang mengonsumsi bayam hijau yang selama ini dijual di pasaran. ’’Bayam batik belum populer,” bebernya.
Forever Green juga lebih banyak mendapat pesanan bayam hijau dan merah dibanding bayam batik. Menurut Gracia, bayam batik lebih banyak dipesan perorangan atau keluarga. Belum ada restoran yang memesan bayam batik dari kebun hidroponiknya. ’’Mungkin karena belum ada pelanggan restoran yang mencari bayam batik, sehingga pihak restoran juga tidak memesan sayuran itu,’’ terangnya.
Di kebun Forever Green, kata Gracia, pihaknya menyiapkan sekitar 5 persen lahan dari luas lahan 1.200 meter persegi untuk budi daya bayam batik. Hal itu disesuaikan dengan kondisi pasar sekarang. ’’Pelanggan bayam batik itu rumahan, belum ada yang restoran,” ungkapnya.
Selain bayam batik, kebun Forever Green memproduksi sekitar 18 jenis sayuran. Di antaranya, pakcoi, romaine, kailan, samhong, pagoda, selada keriting, sawi pahit, caisim, butterhead, lolorosa, cherry tomato, brokoli, buncis lokal, daun bawang, pare, dan sayuran hidroponik lainnya.
Gracia mengatakan, kebunnya tidak hanya menjadi tempat produksi sayuran, tapi juga menjadi tempat belajar bagi mahasiswa dan pelajar. Forever Green membuka program magang bagi mahasiswa. Sampai saat ini sudah ada sekitar 75 mahasiswa yang magang di kebun Forever Green.
Mereka berasal dari berbagai kampus, seperti Universitas Diponegoro, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Brawijaya, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan kampus lainnya. Gracia menyatakan, para mahasiswa bisa belajar banyak hal, mulai penanaman, perawatan, sampai pemasaran produk. ’’Kami selalu memberi mereka tugas,” ungkapnya.
Bukan hanya mahasiswa, kebun Forever Green juga menjadi jujukan siswa untuk belajar pertanian. Para siswa yang datang bisa belajar tentang sistem dan praktik langsung cara menanam ala hidroponik. Sejak kecil anak-anak memang perlu dikenalkan dengan dunia pertanian. ’’Kami juga menggelar seminar. Para peserta bisa langsung belajar di kebun hidroponik Forever Green di Jonggol, Bogor,” pungkasnya. (lum/c17/ai)
- Hasil persilangan bayam merah dan hijau. Ada yang menyebut bayam belang.
- Ketika masih bibit, bayam itu belum terlihat batiknya. Warna daun bibit bayam masih hijau, kemudian berubah menjadi pink keunguan, setelah itu baru menjadi perpaduan antara merah dan hijau.
- Tak ada perbedaan antara bayam batik dengan jenis lainnya. Baik dari sisi cara penanaman, perawatan, durasi tanam, maupun panen. Harga bibit juga sama. Begitu juga harga jualnya, tidak jauh beda.(jp/raksul)