MAKASSAR, RAKYATSULSELA - Trah Gowa Tallo Sanrobone (GTS) menggelar dialog sejarah dan kebudayaan dirangkaikan buka puasa bersama di Hotel Jolin Makassar, Sabtu (23/03/2024).
Hadir Ketua Umum Trah Gowa Tallo Sanrobone (TGS), Suwadi Idris Amir Karaeng Mattawang,
PYM La Tenri Sessu Dg. Mattawang, Karaeng Segeri. Tumabbicara Butta ri Gowa.
PYM Dr Ali Mallombassi Dg Nyengka, Karaeng Sanrobone, Karaeng bontobila. YM Andi Patarai Dg. Tulolo Karaeng Pabbundukang.
Kemudian YM Andi Bau Usdi Datu Appo Mappanyukki, YM Andi Idris Dg. Buang, Karaeng Beroanging, YM Syamsuddin ZA Karaeng Ra'ga, Karaeng Pangkajene, serta YM Hamzahari Achmad Karaeng Nyau.
YM Karaeng Ngemba, YM Faizal Karaeng Muang, YM Muhammad Yassir Karaeng Cini, Mba Juju Mokkinga Ri Sanrobone, serta para bangsawan Gowa Tallo Sanrobone.
Juga hadir pemerhati sejarah dan budaya dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Supratman dan Dr Baharuddin Hafid sebagai pemandu
dialog yang mengangkat tema: Bedah Hubungan Kekerabatan Kerajaan Sanrobone dan Kesultanan Gowa Tallo.
Ketua Umum Trah GTS Suwadi Idris Amir Karaeng Mattawang berharap silaturahmi ini bisa selalu terjaga di antara rumpun dan para pemerhati adat dan kebudayaan.
"Saya kira adat dan kebudayaan ini bisa lestari dari semangat kita menjaganya. Karena kalau bukan kita, siapa lagi," terangnya.
Suwadi menyampaikan kepada seluruh keluarga atau Trah Gowa Tallo Sandrobone agar bersyukur menjadi bagian dari trah ini. "Mungkin saja yang lain tidak memiliki rumpun-rumpun seperti ini," katanya.
Direktur PT Indeks Politica Indonesia (IPI), ini pun menyampaikan bahwa lembaga Trah GTS sudah berusia satu tahun dengan pelbagai kegiatan yang telah dilaksanakan.
Seperti bakti sosial, perbaikan makam-makam leluhur, hingga buka puasa bersama sekaligus dialog sejarah dan kebudayaan.
"Kenapa penting kita membedah hubungan kekerabatan kerajaan Sandrobone dan Kesultanan Gowa Tallo, karena tiga kerajaan ini dikenal sebagai yang terbesar. Terlebih, tiga kerajaan ini yang mengislamkan seluruh kerajaan di Indonesia Timur," ungkap Suwadi.
Sementara itu, YM Andi Bau Usdi Datu Appo Mappanyukki menegaskan bahwa melalui dialog ini bisa diketahui sejauh mana sebenarnya hubungan kerajaan Gowa Tallo dengan kerajaan Sandrobone.
"Kita tentu harus bisa bersatu dan dimulai dari sini," katanya saat membuka dialog.
Puang Bau-- sapaan akrabnya menuturkan trah ini terbentuk dari ide dan semangat yang sama dalam mencoba melacak catatan sejarah yang hilang. "Tidak ada yang mau mencoba menjadi raja dari terbentuknya lembaga trah ini. Tidak ada itu," tegasnya.
"Bicara sejarah tentu kita bicara data otentik. Inilah yang kami mau melacak dan menyatukan catatan sejarah yang hilang sehingga kita punya literatur. Catatan sejarah ini banyak tersebar di luar negeri," lanjutnya.
Adapun YM Hamzahari Achmad Karaeng Nyau mengatakan trah ini tidak terlepas dari hubungan kekerabatan dan hubungan dialogis pelaku sejarah Gowa Tallo Sandrobone.
"Perlu kita pahami bahwa trah lagi trend sekarang ini. Trah adalah individu yang punya kekerabatan dengan silsilah. Makanya jangan heran kalau banyak orang mencari catatan silsilah," jelasnya.
Karaeng Nyau berharap Trah Gowa Tallo Sandrobone mengedepankan literasi ketika berbicara sejarah. Kenapa? Karena banyak yang hanya bertutur tanpa data.
"Makanya, kenapa ada pertengkaran dilihat di media sosial karena berbicara dengan kurangnya data," katanya.
Untuk itu, Karaeng Nyau berharap Trah GTS membuat sebuah perpustakaan yang menghimpun seluruh lontara di Sulsel. "Semua yang termasuk dalam manuskrip Sulsel bisa dihimpun sehingga tidak ada lagi pengkaburan sejarah. Pengklaiman tanpa data," katanya. (Fahrullah/B)