Meskipun ada minat besar dalam menjelajahi transplantasi kotoran manusia untuk kondisi yang melampaui C. difficile, seperti penyakit radang usus, autisme, dan obesitas, bukti ilmiah yang mendukung keamanan dan efikasi FMT untuk kondisi-kondisi ini masih langka.
Namun, upaya penelitian yang sedang berlangsung berusaha untuk memberikan cahaya terhadap potensi aplikasi transplantasi kotoran manusia dalam domain-domain ini.
Berbagai metode digunakan untuk prosedur transplantasi kotoran manusia. Pendekatan yang paling umum melibatkan kolonoskopi, di mana tabung fleksibel dipandu dengan cermat melalui usus besar untuk menyampaikan transplantasi.
Alternatifnya, metode yang kurang umum melibatkan penempatan tabung melalui hidung, mencapai usus kecil. Namun, metode ini membawa risiko efek samping yang lebih tinggi, termasuk pneumonia aspirasi.
Sebagai kesimpulan, transplantasi kotoran manusia atau transplantasi feses merupakan terobosan yang menjanjikan dalam pengelolaan infeksi C. difficile yang berulang. Saat penelitian terus mengungkapkan potensi aplikasi FMT dalam berbagai kondisi medis, transplantasi kotoran manusia berdiri tegak sebagai terapi transformatif dalam kedokteran modern. (JP/RAKSUL)