JAKARTA, RAKYATSULSEL - Dalam suasana Ramadhan yang penuh berkah, terdapat salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam benak mengenai apakah boleh makan dan minum di depan orang yang sedang menjalani ibadah puasa? Meski bagi sebagian orang hal ini mungkin terasa lumrah, namun bagaimana pandangan dari sudut hukum agama itu tersendiri.
Apakah itu mengganggu atau malah diperbolehkan? Melalui pandangan para ulama, mari kita gali lebih dalam untuk memahami hukum dan adab di balik tindakan ini, serta implikasinya dalam menjaga kerukunan dan toleransi.
Dilansir dari kanal YouTube Era Islam (27/3), terdapat video mengenai pertanyaan ini. Dalam video tersebut, Ustad Khalid Basalamah menjelaskan pandangannya jika makan didepan orang yang sedang berpuasa itu tidak dosa, tetapi makruh hukumnya.
Kemudian jika seseorang itu tidak berpuasa karena uzurnya seperti misalnya sedang haid, kemudian dia memasak di dapur dan makan di depan orang yang sedang berpuasa, sebaiknya tahu tentang adabnya tetapi hal itu tidaklah membuatnya jadi berdosa.
Sebagaimana fatwa dari para Ulama yang menyatakan boleh bagi seorang muslim menjual makanan ketika bulan Ramadhan, karena ada orang yang memiliki uzurnya, seperti para musafir, non muslim, yang sedang haid dan nifas. Akan tetapi, tentu ada adabnya yang harus diketahui.
Meski secara hukum makan di depan orang yang sedang berpuasa tidak dianggap sebagai dosa, namun penting bagi setiap individu untuk memahami dan menghargai adab yang terkait dengan tindakan tersebut.
Adab merupakan bagian vital dari agama Islam yang mengajarkan kesopanan, penghargaan, dan rasa tanggung jawab terhadap perasaan orang lain. Ketika seseorang makan di depan orang yang sedang berpuasa, ada baiknya untuk memperhatikan beberapa aspek adab yang perlu diperhatikan.
Pertama, penting untuk menunjukkan empati dan pengertian terhadap rintangan yang dihadapi oleh orang yang sedang berpuasa. Meskipun secara hukum tidak dilarang, namun tindakan tersebut bisa memunculkan rasa lapar dan haus yang lebih besar pada orang yang berpuasa, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan secara psikologis. Dengan memahami hal ini, kita dapat menunjukkan rasa hormat dan menghargai kesungguhan mereka dalam menjalankan ibadah puasa.
Kedua, menjaga kebersihan dan tidak menyebarkan aroma makanan di sekitar orang yang sedang berpuasa merupakan bagian penting dari adab. Hal ini bertujuan untuk menghindari godaan dan meminimalkan ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan oleh orang yang sedang berpuasa.
Sebisa mungkin, kita dapat memilih untuk makan di tempat yang lebih terpisah atau menutup makanan dengan tudung atau penutup untuk mengurangi penyebaran aroma.
Ketiga, berkomunikasi secara sopan dan meminta izin sebelum mulai makan di depan orang yang sedang berpuasa merupakan tindakan yang sangat dihargai. Dengan berbicara secara terbuka dan hormat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan menghindari kesalahpahaman. Memiliki kesadaran akan perasaan dan kebutuhan orang lain merupakan nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam.
Dengan demikian, meskipun secara hukum tidak dianggap sebagai dosa, memperhatikan adab makan dan minum di depan orang yang sedang berpuasa merupakan langkah kecil namun penting dalam meningkatkan kesadaran sosial kita. Ini adalah bentuk konkret dari penghormatan terhadap nilai-nilai agama, perasaan sesama, dan kesucian bulan Ramadan yang mulia. (jp/raksul)