RAKYATSULSEL - Israel mengebom Gaza selama di hari raya Idulfitri 2024 meski ada teguran dari AS. Korban sipil pun terus bertambah.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden menyebut pendekatan Israel terhadap perang di Gaza sebagai "kesalahan".
Pertahanan Sipil Gaza, melansir Al Jazeera, mengungkap serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 14 warga Palestina, termasuk empat anak-anak dan satu keluarga menjadi sasaran, di kamp Nuseirat di Gaza tengah.
Para korban dibawa ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, kata Bulan Sabit Merah Palestina.
Sementara, drone militer Israel masih berdengung di bagian distrik Rafah ini.
Di luar itu, dalam beberapa jam terakhir, situasi di lapangan terpantau tenang. Kondisi yang langka dalam beberapa bulan terakhir kampanye militer Israel.
Terpisah, empat warga Palestina, termasuk seorang anak berusia 15 tahun, tertembak peluru tajam dalam serangan para pemukim Israel di kota Burqa, dekat Ramallah, di wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel.
Serangan tersebut dilancarkan oleh sekitar 30 pemukim yang menembaki warga dan rumah-rumah di kota tersebut, membakar gudang setempat, menurut kantor berita Palestina Wafa.
Walau sudah diperingatkan AS, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah tidak akan menghentikan kampanye untuk menghancurkan Hamas dan membawa pulang para sandera.
Netanyahu bersikeras bahwa "tidak ada kekuatan di dunia" yang dapat menghentikan pasukan Israel memasuki kota Rafah di ujung selatan Gaza yang dipenuhi pengungsi Palestina.
Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, dikutip dari Reuters, serangan militer Israel di Jalur Gaza sudah menewaskan sedikitnya 33.482 warga Palestina dan melukai 76.049 orang sejak operasi militer Israel dimulai pada 7 Oktober 2023.
Sementara, dalam 24 jam terakhir, ada 122 warga Palestina tewas dan 56 luka-luka. Selain itu, 14.500 anak-anak dan 9.500 perempuan telah terbunuh.
Israel mengaku sudah membunuh sekitar 12.000 pejuang Palestina sejak perang dimulai pada Oktober.
Jumlah korban tewas kemungkinan jauh lebih tinggi karena diperkirakan 8.000 orang masih hilang dan diduga terkubur di puing-puing bangunan yang dibom.
Di tengah teror pengawasan penjajah serta banyaknya kehancuran, kepedihan, yang menyelimuti, warga Palestina tetap menggelar Salat Idulfitri sambil berkumpul serta saling mengucapkan selamat.
Salah satu jemaah, perawat Rawan Abd, menyebut ini merupakan Idulfitri "paling menyedihkan yang pernah ada… Anda bisa melihat kesedihan di wajah orang-orang."
"Biasanya kami datang ke Al Aqsa untuk merayakan, tahun ini kami datang hanya untuk saling mendukung," kata pria berusia 32 tahun. (int/*)