JAKARTA, RAKYATSULSEL - Anak berusia di bawah dua tahun merupakan seribu hari pertama kehidupan yang terhitung dimulai sejak anak dalam kandungan. Pada usia ini anak mengalami tumbuh kembang yang sangat pesat. Fase ini merupakan usia kritis.
Otak anak, semua indera anak seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, maupun perabaan menerima banyak stimulus dari lingkungan dan menyerapnya baik itu yang positif maupun negatif. Di dua tahun pertama kehidupan salah satu sensor-sensor perkembangan yang muncul lebih awal adalah sensor pendengaran dan penglihatan atau visual.
Dalam era digital yang semakin canggih, paparan teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, penting untuk menyadari bahwa tidak semua aspek teknologi cocok untuk semua usia, terutama bagi bayi. Salah satu hal yang semakin mendapat perhatian adalah penggunaan layar (screen time) pada bayi, baik itu penggunaan gadget, TV, ataupun tablet.
Meskipun terkadang dianggap sebagai cara yang nyaman untuk menenangkan anak atau memberi hiburan, paparan layar pada bayi memiliki sejumlah bahaya dan dampak negatif yang perlu dipertimbangkan.
Dilansir dari kanal YouTube Tanya Dokter Anak, ketika anak menonton dari benda elektronik seperti gawai, TV, dan tablet yang terjadi adalah sumber cahaya tersebut langsung masuk ke mata anak tanpa dipantulkan ke benda lainnya sehingga dengan adanya stimulasi yang sedemikian kuat, reseptor-reseptor visual atau reseptor-reseptor penglihatan di saraf mata anak akan berlipat ganda yang menyebabkan terjadinya overstimulasi dari reseptor penglihatan.
Dampak dari overstimulasi dari reseptor penglihatan tersebut yaitu ketika anak melihat benda-benda selain gadget, maka perhatian dari anak tersebut akan mudah teralihkan atau anak menjadi kurang fokus yang akan menyebabkan menghambat proses belajarnya, sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi tidak lancar bicara atau mengalami speech delay.
Bayi yang terlalu sering terpapar oleh layar juga dapat mengalami gangguan tidur. Paparan cahaya biru dari layar yang sering ditemukan pada perangkat seperti tablet dan smartphone dapat mengganggu ritme alami tidur bayi. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan tidur, tidur yang terganggu, atau bahkan insomnia pada bayi.
Paparan layar pada bayi juga dapat berdampak pada perkembangan otak mereka. Bayi dan anak-anak kecil membutuhkan interaksi langsung dengan lingkungan fisik mereka untuk perkembangan otak yang optimal. Paparan yang berlebihan pada layar dapat mengganggu proses ini, menghambat bayi untuk belajar keterampilan sosial, berkomunikasi, dan menyerap informasi dari dunia nyata.
Screen time berlebihan pada bayi juga dapat meningkatkan risiko ketergantungan pada teknologi di masa mendatang. Bayi yang terbiasa dengan layar pada usia dini mungkin lebih rentan terhadap ketergantungan pada perangkat elektronik saat mereka tumbuh dewasa. Selain itu, penelitian telah menunjukkan hubungan antara paparan layar yang berlebihan dengan peningkatan perilaku agresif pada anak-anak.
Paparan layar pada bayi dapat memberikan dampak yang merugikan pada berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk tidur, perkembangan otak, dan perilaku. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk membatasi penggunaan layar pada bayi, serta memprioritaskan interaksi langsung dan stimulasi fisik untuk perkembangan yang optimal. Dengan memahami bahaya screen time pada bayi, kita dapat membantu memastikan bahwa mereka tumbuh dan berkembang dengan sehat dan bahagia. (jp/raksul)