MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Penjajakan sejumlah figur untuk diikutsertakan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, baik tingkat kabupaten dan kota, maupun tingkat provinsi mulai dilakukan sejumlah partai politik di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Tak hanya kader, sejumlah figur potensial di luar struktur partai juga mulai di lirik agar bisa memenangkan kontestasi lima tahunan ini.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Profesor Firdaus Muhammad, bila partai politik mencari figur baiknya lebih memprioritaskan kadernya sendiri.
"Partai sejatinya dorong kader sendiri maju Pilgub atau Pilkada. Jika dianggap tidak ada di internal (belum layak), baiknya cari figur yang memiliki konsep membangun Sulsel, bukan semata kekuasaan," kata Firdaus saat diwawancara Rakyat Sulsel, Kamis (18/4/2024).
Firdaus menuturkan dalam mencari figur pemimpin, khususnya di Sulsel ada baiknya partai politik sebagai salah satu organisasi yang diberikan kewenangan dalam undangan-undangan untuk mengusung calon kepala daerah terlebih dahulu melihat rekam jejaknya calon yang bakal didukung.
Termasuk, kata dia, faktor geopolitik dan finansial calon yang bakal diusung juga penting untuk dipertimbangkan.
"Aspek ketokohan dan rekam jejak di birokrasi perlu dipertimbangkan, selebihnya aspek geopolitik dan finansial," ungkapnya.
Senada dengan itu, pengamat politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Profesor Sukri Tamma mengatakan, proses Pilkada serentak yang jadwalnya digelar November 2024 mengharuskan partai politik maupun calon yang ingin maju lewat jalur independen segera menentukan sikap dalam waktu dekat.
"Tentu partai harus melakukan segera rekrutmen karena waktu pelaksanaan Pilkada itu November. Kalau kita mengikuti tahapannya, maka di akhir Agustus itu partai politik atau koalisi partai politik pendukung, atau kandidat independen harus segera mendaftarkan diri ke KPU," ujar Sukri.
"Waktu empat bulan itu tidak panjang, karena harus melakukan negosiasi, kemudian mencari figur yang tepat, melakukan simulasi dan seterusnya. Sehingga tentu untuk memastikan calonnya, waktu ini akan sangat mendesak untuk dipastikan," sambung dia.
Namun menurutnya, dalam memilih figur semua partai politik tentu akan akan memiliki pandangan yang sama, yakni calon yang memiliki potensi untuk menang.
Termasuk beberapa faktor pendukung lainnya, kata Sukri, seperti ketokohan calon yang akan diusung juga dukungan finansial. Mengingat dalam setiap perhelatan pesta demokrasi, dipastikan membubuhkan biaya atau ongkos yang tidak sedikit.
"Oleh karena itu aspek yang bisa mendukung kemenangan, misalnya finansial, ketokohan, kemudian track record (figur), yang bisa menjadi jualan, tentu itu harus jadi pertimbangan," ungkapnya.
Selain itu, menurut Sukri, pertimbangan lain yang harus dipikirkan utamanya partai politik adalah melihat figur yang ditawarkan parti koalisinya. Apakah mendapat respon yang positif dari masyarakat maupun dari partai yang ditawarkan.
"Karena ada juga secara personal atau sendiri sendiri, seorang kandidat memiliki image cukup baik di masyarakat, tapi kemudian dipasangkan dengan yang lain, bisa jadi menimbulkan sentimen negatif. Sayakira ini juga harus jadi perhatian," sebutnya.
Terakhir, tentunya figur yang sejalan dengan partai. Figur seperti ini disebut penting mengingat sudah ada beberapa nama atau calon kepala daerah provinsi atau kabupaten dan kota yang non partai tapi diisukan bakal maju dalam Pilkada nantinya.
"Ini juga tentu akan dipertimbangkan dan harus dicermati. Termasuk mencermati pasangan-pasangan kandidat lainnya yang diusulkan partai lain. Partai politik akan bekerja maksimal dalam menjaring sambil memperhatikan kondisi dari pesaingnya," ujar Sukri. (Isak Pasa'buan/B)