BONE, RAKSUL - Kegiatan Kursus Mahir Dasar (KMD) Golongan Penggalang Kwartir Ranting (Kwarran) Gerakan Pramuka (GP) resmi berakhir dan ditutup Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Cabang (Pusdiklatcab) GP Bone,.Syamsuddin di aula kantor Camat Mare Kabupaten Bone, Minggu (28/4/2024).
Kegiatan KMD yang berlangsung selama sepekan (dibuka Senin, 22 April) diikuti sebanyak 106 orang Pembina, yang terdiri dari 14 Putra dan 92 Putri yang dilatih oleh Kapusdiklatcab sendiri bersama sejumlah Pelatih Pramuka dari Kwarcab GP Bone yang ditugaskan oleh Kapusdiklatcab GP Bone.
Kegiatan yang diprakarsai oleh Kwarran dan Majelis Pembimbing (Mabiran) GP Mare serta para panitia pelaksana kegiatan tergolong sukses. Namun sangat disayangkan, pada saat pengumuman peserta terbaik, ada salah seorang peserta terbaik yang diumumkan padahal tidak mengikuti semua kegiatan, seperti kegiatan pengembaraan, kegiatan test akhir (tidak tepat waktu atau menyusul dengan alasan sakit).
Hal itu pun memicu kontroversi dan polemik dari beberapa peserta KMD itu sendiri, Sekretaris Camat Mare yang juga Sekretaris Mabiran serta Purna Jambore Nasional tahun 1996.
"Saya heran adanya nama peserta terbaik (maksudnya Wil, diinisialkan), padahal tidak mengikuti semua kegiatan KMD. Kayaknya ada tiga (3) kegiatan yang tidak diikuti, yakni pengembaraan, test akhir (menyusul) dan kegiatan Rencana Tindak Lanjut (RTL)," ujar salah seorang peserta yang tidak mau disebutkan namanya.
Ka Pusdiklatcab GP Bone yang coba dikonfirmasi, bergegas meninggalkan tempat akibat tekanan dari Sekcam Mare yang juga Sekretaris Mabiran GP Mare, Sainal Abidin, karena Sekcam Mare juga tidak menyukai tata cara penilaian peserta yang diduga kolusi.
Ketua Kwarran GP Mare yang juga turun sebagai salah seorang pelatih, Muh. Yunus, menuturkan bahwa memang Wil (inisial) tidak mengikuti beberapa kegiatan seperti pengembaraan dan RTL tetapi RTL tidak dinilai. Sedangkan test akhirnya menyusul atau tidak bersamaan dengan peserta lain karena Wil sakit.
"Memang Wil tidak mengikuti beberapa kegiatan tetapi nilai testnya tinggi. Kriteria penilaian yang digunakan berdasarkan aturan yang dikeluarkan Kwarnas GP Indonesia," ujar Muh. Yunus, sambil berjanji mau memperlihatkan aturan penilaian tersebut tapi sampai berita ini dikirim, belum ada aturan kriteria penilaian tersebut.
Hal itu pun mendapatkan kecaman dari salah seorang Purna Jambore Nasional (Jamnas) tahun 1996, Andi Syamsul Alam. Bahkan ia mempertanyakan kriteria, kapasitas dan kapabalitas oknum Pelatih Kwarcab GP Bone yang ditugaskan oleh Pusdiklatcab GP Bone, khususnya yang memberikan nilai ke Wil.
"Apa yang diutarakan Ketua Kwarran GP Mare, terkesan membuat pelaksanaan kegiatan KMD tidak perlu diikuti semua oleh peserta. Kita hanya perlu mengikuti kegiatan yang nilainya tinggi berdasarkan aturan dari Kwarnas GP Indonesia jikalau Memang begitu adanya," ujar Andi Syamsul Alam.
"Saya sebagai Purna Jamnas 1996 yang merupakan kader Pramuka, sangat mengecam dan sangat kecewa dengan oknum Pelatih Pramuka yang menilai dengan cara demikian. Memutuskan peserta terbaik KMD tanpa mengikuti semua kegiatan," tegasnya lagi.
Ia pun berharap agar segera dilaksanakan evaluasi Pelatih Pramuka, yang telah diberikan Surat Hak Latih (SHL) oleh Ka Pusdiklatcab GP Bone agar kejadian KMD di Kecamatan Mare tidak terulang lagi di kegiatan-kegiatan selanjutnya.
"Perlu secepatnya dilakukan evaluasi agar kejadian di Kecamatan Mare tidak terulang lagi di kecamatan lainnya," pungkasnya.
Hal senada dikemukakan Sekretaris Mabiran yang juga Sekcam Mare, Sainal Abidin. Ia menuturkan kegiatan KMD merupakan pembekalan bagi generasi bangsa khususnya anggota Gerakan Pramuka dengan harapan dapat menciptakan profil Pembina Pramuka masa kini yang sesuai dengan semangat revitalisasi Gerakan Pramuka, serta mampu menjadi motor pembentuk generasi muda yang beriman, bertaqwa, dan berbudi pekerti luhur.
"Jika kapasitas dan SDM atau cara penilaian yang dilakukan oleh oknum Pelatih Pramuka yang ditugaskan di Kecamatan Mare semua seperti itu, maka bakal menghancurkan semangat atau motivasi Pembina Pramuka itu sendiri," jelasnya.
"Ini pembinaan karakter. Seharusnya penilaian itu harus realistis dan jangan pernah memberikan yang terbaik ke peserta kalau tidak mengikuti semua kegiatan. Saya yakin dan percaya, banyak aspek penilaian yang lebih objektif tanpa harus melukai perasaan peserta lainnya," pungkasnya. (Enal)