MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Demostrasi peringatan May Day 2024 atau Hari Buruh Internasiona di Kota Makassar, berlangsung aman. Ribuan buruh dari berbagai organisasi dan serikat buruh di Sulawesi Selatan (Sulsel) turun di jalan menyampaikan aspirasinya membubarkan diri dengan tertib.
Pantauan di dua titik aksi, yakni di bawah fly over, Jalan AP Pettarani dan di depan gedung DPRD Sulsel, Jalan Urip Sumoharjo, Kota Makassar, Rabu (1/5/2024), massa aksi mulai berdatangan sejak pukul 10.00 WITA.
Mereka datang dari dua arah, baik dari arah Jalan AP Pettarani, juga dari arah Urip Sumoharjo, tepatnya dari arah Kampus Universitas Bosowa. Selain long march atau berjalan kaki, para buruh juga terlihat datang menggunakan sepeda motor diiringi mobil komando (mokom) tempat orasi.
Selama aksi, parah buruh saling bergantian menyampaikan aspirasi atau tuntutannya terhadap pemerintah. Mulai dari permasalahan politik akan upah murah, yang mana buruh atau pekerja dianggap hanya dibayar cukup untuk hidup hari itu saja dan harus tetap datang ke pabrik esok harinya, dan tetap harus produktif. Maupun permasalahan kontrak atau outsourcing perbudakan modern.
"Setidaknya upah harus memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan bukan upah murah seperti UMK/UMP. Kemudian kontrak berupa perbudakan modern, sistem kerja kontrak di Indonesia merupakan bentuk penjajahan penghisapan atas satu manusia terhadap manusia lainnya atau pengusaha terhadap pekerja, buruh," ujar Presiden Konfederasi Serikat Nusantara (KSN), Mukhtar Guntur Kilat.
Selain itu, permasalahan lain seperti union busting atau pemberangusan serikat. Mengingat berserikat adalah hak semua warga negara sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Undang-undang 21 Tahun 2000 tentang SP/SB serta Konvensi ILO Nomor 87 tahun 1948 menjadi landasan perlindungan. Namun kenyataannya, union busting masih marak terjadi di berbagai perusahaan.