Bencana di Sulsel Renggut 13 Nyawa, Distribusi Logistik Melalui Udara

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Banjir dan tanah longsor yang terjadi di sejumlah wilayah sepanjang pekan lalu mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Tercatat 13 orang meninggal dunia dan satu orang masih dalam pencarian. Untuk mempercepat distribusi logistik, pemerintah terpaksa menggunakan jalur udara.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan, Amson Padolo mengatakan jumlah korban tewas tersebuar di Kabupaten Luwu, Sidrap, dan Wajo. Sebanyak 11 orang meninggal di Luwu dan satu orang masih dicari. Adapun di Sidrap dan Wajo, warga yang tewas masing-masing satu orang.

Amson meminta seluruh masyarakat yang berada di wilayah terdampak bencana untuk tetap berhati-hati. Adapun para relawan dan tim rescue untuk tetap memperhatikan keselamatan diri saat bertugas.

Sementara itu, tim SAR Gabungan, terus melakukan evakuasi dan pencarian terhadap korban bencana alam banjir bandang dan tanah longsor di Luwu. Di Daerah ini ada sebelas orang tewas dengan rincian delapan orang korban meninggal akibat tertimbun tanah longsor di Kecamatan Latimojong, dan tiga orang meninggal akibat terseret arus saat banjir bandang di Kecamatan Suli Barat.

Kapolres Luwu, AKBP Arisandi mengatakan dari tiga korban terbawa arus, satu di antaranya baru ditemukan Minggu (5/5/2024) atau tiga hari setelah dilakukan proses pencarian oleh tim SAR gabungan.

Korban bernama Uviyana (7), merupakan warga Desa Kaili, Kecamatan Suli Barat. Korban ditemukan di antara tumpukan material kayu yang tersapu arus banjir bandang yang menerjang Kabupaten Luwu, Jumat (3/5/2024) lalu.

Selain tiga korban yang berhasil ditemukan, Arisandi juga menyebut masih ada satu warga yang dikabarkan hilang akibat terbawa arus namun belum ditemukan.

"Korban yang ditemukan itu salah satu yang terbawa arus di Kecamatan Suli Barat, dan satu lagi masih dalam pencarian," ujar dia.

Arisandi mengatakan bencana alam yang terjadi di beberapa titik di wilayah Kabupaten Luwu, mengakibatkan 115 kepala keluarga (KK) terpaksa diungsikan ke tempat yang aman. Sementara rumah warga terdampak bencana sebanyak 3.265 dan fasilitas umum sebanyak tujuh unit.

"Fasilitas umum meliputi sekolah, kantor pemerintahan itu ada tujuh unit bangunan," ujar dia.

Mantan Kasubdit IV Tipidter Ditreskrimsus Polda Sulsel itu menyampaikan, untuk kondisi di wilayah Kabupaten Luwu pasca bencana alam sudah mulai kondusif. Beberapa warga terdampak sudah kembali ke rumahnya untuk membersihkan sisa-sisa banjir bandang.

"Kendala saat ini tidak begitu signifikan kecuali di awal kemarin banjir. Kendala utama pada saat proses evakuasi warga itu masih banyak warga yang tidak mau di evakuasi dan memilih bertahan di rumahnya," ujarnya.

"Alhamdulillah saat ini itu sudah tidak begitu berpengaruh karena air sudah mulai surut dan warga juga beberapa sudah bisa kembali ke rumah masing-masing untuk melakukan pembersihan," sambung dia.

Adapun untuk pendistribusian bantuan ke wilayah-wilayah terisolir akibat bencana alam yang terjadi, Arisandi mengatakan satu persatu sudah mulai bisa diakses.

Pendistribusian logistik dilakukan baik lewat jalur udara dengan menggunakan helikopter milik Polri dan TNI AU, juga lewat jalur darat dengan melibatkan komunitas off road Kabupaten Luwu. Mengingat mobil penggerak 4x4 itu bisa menembus medan yang terisolasi pasca-bencana alam banjir bandang dan tanah longsor.

Sebanyak delapan unit kendaraan off road milik komunitas Indonesian Off-Road Federation (IOF) Kabupaten Luwu dikerahkan untuk mendistribusikan logistik berupa sembako, makanan balita serta obat-obatan di Desa Saronda, Kecamatan Bajo Barat yang terisolasi akibat banjir bandang dan tanah longsor.

"Untuk wilayah terisolasi satu demi satu sudah mulai kita akses, baik melalui jalur udara menggunakan heli dari Polri kemudian satu lagi dari TNI Angkatan Udara dan juga kita libatkan berbagai komunitas atau potensi SAR yang ada. Misalnya rekan-rekan dari IOF untuk mengakses jalur-jalur yang masih tertutup material longsor. Mereka bisa buka jalur sekaligus mendistribusikan logistik ke titik terdekat yang mungkin bisa dijangkau oleh masyarakat setempat," kata Arisandi.

Sementara itu, Kapolda Sulsel Irjen Andi Rian R Djajadi turun langsung memimpin penyaluran bantuan logistik melalui jalur transportasi udara atau helikopter. Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Didik Supranoto mengungkapkan, selain menyalurkan bantuan, pihaknya juga melakukan evakuasi terhadap warga yang membutuhkan penanganan darurat.

Didik mengatakan, pihaknya bergerak cepat menjemput warga yang akan melahirkan bernama Indri (30), seorang ibu rumah tangga (IRT) dari Dusun Rante, Desa Rante Balla, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu. "Sedang hamil sembilan bulan," kata Didik.

Didik mengatakan, sesuatu yang disyukuri karena situasi di lokasi bencana saat ini sudah mulai bersahabat. Dimana helikopter yang digunakan Kapolda Sulsel dapat mendarat dengan baik dan langsung melakukan evakuasi.

"Situasi cuaca hari ini memungkinkan untuk heli mendarat dan kami bisa langsung evakuasi ibu beserta anaknya," ungkap Didik.

Ia juga menyampaikan, helikopter yang digunakan pihaknya menempuh waktu 25 menit menuju lokasi penjemputan. Sementara ibu hamil yang dievakuasi, kata Didik, juga menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dari kampungnya menuju titik penjemputan heli.

“Saat ini, ibu tersebut telah tiba di Belopa dan di tangani oleh tim dokter RSUD Batara Guru Kab Luwu dan selanjutnya persiapan operasi melahirkan," imbuh dia.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV memprediksi cuaca untuk wilayah Sulawesi Selatan menunjukkan intensitas curah hujan lebat hingga sangat lebat akan terjadi hingga tujuh hari ke depan.

Di wilayah bagian utara seperti Luwu, Luwu Utara, Palopo, sebagian Enrekang, Luwu Timur, Tana Toraja, dan Toraja Utara dapat mengalami curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Prakiraan Cuaca on duty, BMKG Wilayah IV Makassar, Amhar Ulfiana mengatakan cuaca ekstrem melanda sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan, yakni Wajo, Enrekang, Sidrap, Pinrang, dan Sinjai sejak tanggal 3 Mei 2024, lalu.

Dengan intensitas curah hujan mulai dari sedang hingga lebat yang menyebabkan banjir akibat meluapnya sungai. Selain banjir, cuaca ekstrem ini juga menyebabkan tanah longsor sehingga menutup akses jalan.

"Laporan yang masuk ke kami itu curah hujan dengan intensitas sedang hingga ekstrem yang terjadi dari malam hingga dini hari menyebabkan banjir di beberapa wilayah akibat meluapnya air di beberapa sungai serta longsor yang menutup badan jalan dan kemacetan," kata Amhar.

Amhar mengatakan berdasarkan data pengamatan di Kabupaten Pinrang, Sidrap, dan Wajo menunjukkan curah hujan lebat hingga ekstrem terjadi mulai dari tanggal 2 Mei pukul 20.00 Wita, hingga 3 Mei pukul 08.00 wita. Sementara, di Enrekang mengalami hujan sangat lebat dengan intensitas mencapai 100 - 150 mm per hari. Di Sinjai, lanjut Amhar, curah hujan ekstrem melebihi 150 mm per hari.

Amhar mengimbau kepada l masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat hingga dua hari ke depan. Sedangkan, kata Amhar, khusus untuk daerah bertopografi curam, bergunung, tebing atau rawan longsor agar tetap waspada khususnya jika terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, maupun hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang terjadi terus-menerus.

Terakhir, Amhar berpesan agar masyarakat selalu memantau informasi terbaru dan berkoordinasi dengan instansi terkait atau pemerintah daerah setempat.

"Masyarakat diharapkan agar tetap tenang dan waspada, berhati-hati jika beraktivitas di luar rumah, memperbarui informasi cuaca pada website BMKG, aplikasi infoBMKG, dan melalui media sosial," ujar Amhar. (isak pasa'buan-abu hamzah-shasa anastasya/C)

  • Bagikan