LUWU, RAKYATSULSEL - Ratusan korban bencana di beberapa desa di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), masih terisolasi akibat akses darat yang tertutupi material longsor. Berdasarkan informasi, ratusan korban itu harus dievakuasi melalui jalur udara menggunakan helikopter.
Untuk itu, banyak relawan korban banjir dan tanah longsor di Kabupaten Luwu mempertanyakan ihwal janji Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang akan menghadirkan tambahan helikopter.
Sementara kenyataannya, tidak sedikit korban yang memilih berjalan kaki akibat lamanya proses evakuasi via udara yang dijanjikan BNPB.
Seperti yang dilakukan warga Desa Buntu Sarek, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), mereka memilih menerobos jalur bekas longsor dengan berjalan kaki untuk mengungsi meninggalkan desanya.
Para pengungsi ini terdiri dari lansia dan ibu-ibu, mereka jalan kaki dari Desa Buntu Sarek, Kecamatan Latimojong menuju Salumbu, Kecamatan Bajo Barat, sejauh 20 kilometer. Mereka berjalan kaki menyusuri pegunungan bersama anak-anak dan bayinya.
Salah seorang pengungsi yakni Misra (27) mengatakan, dia hanya membawa makanan dan minuman seadanya sebagai bekal dalam perjalanan. Rasa haus dan lapar pun harus ditahan demi sampai ke Posko Induk.
“Kami subuh-subuh jalan kaki menyusuri longsoran dan jalan rusak, jaraknya itu sekitar 20 kilometer dari Buntu Sarek ke Kadundung,” kata Misra.
Misra mengaku berjalanan kaki bersama suami dan dua anaknya. Dalam perjalanan, mereka saling bergantian menggendong sang anak.
"Kami bergantian menggendong satu anak kecil kami. Kalau anak yang satu sudah bisa jalan hanya saja kalau kecapekan kami istirahat dulu, bahkan anak kecil kami yang satu sesekali digendong oleh bapaknya,” ucap Misra.
Katanya, bila persediaan air yang dibawa habis, warga terpaksa mengambil air yang dirasa bersih di pinggir gunung.
“Kami hanya membawa mi instan karena bahan makanan sudah habis, kalau dapat air bersih itu yang kami ambil untuk diminum, jadi anak kami hanya makan mi instan,” ujar Misra.
Setelah sampai di kawasan Salumbu, mereka pun akhirnya diantar oleh tim relawan ke Desa Kadundung untuk dievakuasi menggunakan mobil ke Posko Induk.
“Di Kadundung baru ada mobil dan mengantar kami kesini di Posko induk,” tutur Misra.
Sementara, Kepala Desa Buntu Sarek yakni Sabil mengungkapkan bahwa saat ini kondisi Desa Buntu Sarek ada terdapat puluhan titik longsor dan masih ada warga yang menginginkan untuk dievakuasi.
“Ada 400 warga di Buntu Sarek dan mereka ingin segera dievakuasi, mengingat kondisi cuaca masih sering terjadi hujan deras,” bebernya Sabil.
Sedangkan, berdasarkan keterangan resmi Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menjelaskan bahwa tambahan helikopter jenis caravan rencananya dikerahkan untuk membantu evakuasi warga Latimojong yang masih terisolir.
"Helikopter caravan dikerahkan BNPB untuk evakuasi warga sakit, jika memang tidak bisa ditangani di sini bisa dibawa langsung ke Makassar," jelas jenderal bintang tiga itu ketika menyambangi lokasi posko induk tanggap darurat bencana, Lapangan Andi Djemma, Kota Belopa, Selasa (7/5/2024).
Bahkan, pihaknya telah menyiapkan sebanyak tiga helikopter untuk fokus mengevakuasi warga yang sakit dan anak-anak.
"Dan saat ini ada tiga angkutan udara yang kami siapkan itu juga digunakan untuk evakuasi masyarakat yang sakit," tambahnya.
Terpisah, Kepala BPBD Luwu A Baso Tenriesa mengaku bahwa lima helikopter yang dijanjikan itu merupakan gabungan dari helikopter TNI AD, AU, dan Polri.
"Tidak menjanjikan lima, cuman BNPB ada pesawat. Kan ini pesawat heli yang ada dari TNI AU, TNI AD, Kepolisian, dan BNPB," ungkap Baso.
"Bukan BNPB (janjikan) lima, tapi ini pesawat (helikopter) yang ada ini ada dari kepolisian, ada TNI AD, dan ada dari TNI AU," sambungnya.
Baso bilang, helikopter yang disediakan hanya untuk fokus melakukan evakuasi terhadap para korban yang sakit dan anak-anak.
"Memang ini disiapkan tidak untuk orang yang tidak sakit, yang disiapkan pesawat (helikopter) ini untuk membawa makanan, orang yang sakit. Bukan untuk orang yang sehat," tandasnya. (isak Pasa'buan/B)